Ternyata Pohon Ansono Tua || Cerpen Rian Tap

 

(Sumber gambar: www.hukumonline.com)

*Rian Tap

Perkenalan tanpa suatu pertemuan, ibarat berjalan tanpa tujuan yang hanya menghabiskan banyak waktu, menyisahkan lelah dan mungkin menyelipkan ketakutan. Itulah yang dialami oleh Natalia sejak dua tahun yang lalu. Ia mengenal seorang lelaki melalui akun FBnya. Dua bulan pertama nama akunnya mirip artis hollywood tetapi setelah itu ia kembali menggantinya dengan nama yang cukup aneh. Natalia tidak mempedulikan itu, selagi ia nyaman buat apa peduli dengan hal yang tidak penting itu. Makin hari hubungan mereka makin akrab. Sebelumnya hanya sebatas tanya kabar kini mulai menanyakan hal-hal yang privasi. Bagaimana dengan suamimu, apakah aman-aman saja? Pokoknya Natalia percaya ia lelaki yang baik setelah ayah dan suaminya. Setiap kali lelaki itu mengunggah foto, pasti Natalia selalu muncul di kolom komentar. Mulai dari kata-kata yang familiar “Kren kak” sampai pada yang erotis “Wow.” Ada sekian banyak orang setia memantau pergerakan mereka, mulai dari ikut bergabung di kolom komentar. Sampai menanyaikan kepada Natalia, siapa laki-laki itu.

(Baca juga: Review Film Courageous)

Waktu terus berjalan, persahabatan mereka makin arab. Sesekali ia meminta untuk Videocall tetapi laki-laki itu selalu menolaknya. Ia selalu beralasan “Saya dengan kawan-kawan di tempat kerja.” Natalia semakin percaya apalagi lelaki itu selalu mengunggah foto dengan latar meja kantor dan juga dokumen-dokumen di atas mejanya. Menurut Natalia ia laki-laki yang mapan tidak seperti suaminya yang setiap hari hanya sibuk urus gelas melingkar dengan gepulan asap. Andai saja dulu, lelaki itu lebih awal, pasti Natali menjadi istri yang paling bahagia dengan kekayaan yang melimpah. Tetapi apalah daya trik suaminya lebih lincah, pandai dan suka memanfaatkan momen. Hinggga Natalia menerima takdir harus beradu janji denganya di altar Tuhan.

***

Natalia mulai nyaman dengan lelaki itu. Kini ia mulai sembunyi-sembunyi mencari kabar lelaki itu. Suaminya tidak mencurigai sedikitpun, apalagi kalau sopi kepala sudah membungkus saraf sadarnya. Ia percaya dengan Natalia sebagai istri yang baik dan setia. Setiap kali Natalia kedapatan menelepon lelaki itu, Natalia selalu beralasan ‘teman SMP dulu,  kami rencana reuni akbar’. Perasaan cinta Natalia kepada suaminya sudah mulai menurun. Apalagi suaminya itu setiap hari hanya sibuk urus mabuk. Ia mulai mencari kenyamanan yang baru, setidaknya mampu mengobati hatinya yang sudah mulai kosong. Natalia percaya dengan Tuhan yang tidak pernah menutup mata, ini lelaki yang dikirim Tuhan sebagai pengobat lukanya.

(Baca juga: Cuek || Puisi Melki Deni)

Hubungan merekapun makin dalam, kini bukan lagi sebagai sahabat yang pura-pura bereuni tetapi lebih dari itu. Lelaki itu ingin menjadikan Natalia sebagai istrinya dan Natalia juga ingin diam-diam menjadikan laki-laki itu sebagai suaminya. Lelaki itu mulai memberanikan diri untuk mendatangi rumah Natalia, tetapi Natalia selalu menolaknya. Ia tidak ingin Film Layangan Putus versinya hadir secepat itu. Natalia selalu berkata “Kak, belum saatnya. Tunggu aku lelah merawat cintanya, baru engkau datang.” Lelaki itu rupanya lihai memanfaatkan suasana. Setiap hari ia selalu menanyakan kabar Natalia. Ia pandai membuat hal-hal sederhana menjadi istimewa.

***

Natalia semakin nyaman. Perasaan cintanya mulai bergejolak. Ia mulai merubah gayanya. Dulunya hanya pakai daster kumal yang panjangnya sampai mata kaki, kini ia memakai rok mini yang belahnya sampai pakal paha. Ia ingin sekali menghidupkan kisah Romeo dan Juliet dengan laki-laki itu. Ia mulai menghayal di saat mereka berjalan di tepi pantai sambil menari ria bersama ombak. Setiap kali ia menghayal dengan lelaki itu, hatinya tenang. Wajahnya mulai berbinar-binar layakanya gadis muda yang baru mengenal perasaan cinta.

(Baca juga: Di Betlehem || Puisi Yohan Mataubana)

Kehidupan keluaraga kecil Natalia mulai kacau. Natalia mulai hilang-hilang di hadapan suaminya. Pura-pura sakit agar lebih lama chat dengan lelaki itu. Hati Natalia sudah benar-benar lelah. Apalagi setelah ia menonton film layangan putus, ia tidak menerima kelakuan mas Aris terhadap Kinan. ia selalu bertanya dalam hatinya “Mengapa perempuan selalu lemah di hadapan laki-laki? Mengapa perempuan harus tunduk di hadapan laki-laki yang tidak tahu diri?” Natalia ingin menampilkan sisi kengerian dari seorang perempuan. Ia ingin melawan pendindasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Natalia selalu berpegang pada semboyannya “Laki-laki bisa, mengapa perempuan tidak.”

***

Natalia ingin bertemu dengan lelaki itu. ia mengirim pesan melalui FBnya agar bertemu di bandara. Lelaki itu menerima pesan itu dengan senang hati. Baginya ini kesempatan yang luar biasa. Natalia mulai menyiapkan dengan dandan yang anggun. Hari itu ia memakai celana super ketat dengan baju yang sedikit pendek. Suaminya hanya menatap dengan tatapan lirih kepada istrinya itu. Natalia menuju bandara dengan mengendarai motor revo hitam kebanggaannya. Sebelum ia berangkat, ia lebih dulu mendapati pesan dari lelaki itu “Kak Nona, sudah di mana? Saya sudah di bandarai ini” pesan dari lelaki itu. Tanpa pikir panjang Natalia tancap gas menuju bandara. Lipatan lemak pada tubuhnya menandai ia bukan muda lagi. Ia sudah berusia kepala tiga.

(Baca juga: QUO VADIS? || PUISI RICKY MANTERO)

Sesampainya di bandara, Natali mengirim pesan dan bertanya kepada lelaki itu “Pakai baju apa dan duduk di mana.” Dengan cepat lelaki itu membalasnya “Saya pakai celana panjang, sepatu hitam dan baju putih lengan panjang. Saya duduk di kursi paling akhir di ruangan tunggu.” Natalia bergegas ke ruangan tunggu, di sana ia melihat lelaki itu. Ia langsung menyapanya “Hallo kak, sudah dari tadi ko?” laki-laki itu menoleh ke arahnya. Betapa kagetnya Natalia ternyata itu adalah suaminya sendiri. Natalia mulai bergumam dalam hati “Haiiii, ternyata pohon ansono tua.” Suaminya tersenyum sambil berkata “Pulanglah, anak-anak menantimu di rumah.”

*Rian Tap yang akrab disapa Bung Donttel, lahir di Lembor Manggarai Barat. Ia suka membaca dan menulis. Saat ini ia menjabat sebagai staf redaktur Letangmedia.com dan aktif menulis di blog pribadinya ‘Nerapost.eu.org’ dan sekarang menetap di Unit St. Agustinus, Ledalero.


Post a Comment

0 Comments