Pixabay.com |
Hari Minggu
hujan tak berhenti meludah
berharap doa umpama dupa
harum, mewangi hingga ke pintu surga
di kapel, Tubuh Issa disantap
dengan penuh lahap,
sedang di emperan toko
kakek tua berdiri lusuh penuh harap
di tengah hidup penuh sekarat
hari ini Isssa bangkit di emperan toko
(Wairpelit, 31 Januari 2021)
Ibadat Pagi
:Agustinus, 5:47
Tuhan yang sunyi, terima kasih.
Jiwa ini masih terus bernyanyi. Memuji. Dan terus kau sembunyikan dari maut.
Kupinta, jauhkanlah aku dari si jahat. Dari berhala yang diciptakan dunia tipu-tipu.
Jauhkanlah aku dari mulut singa, jika sewaktu-waktu aku belum siap. Tantanglah aku sewaktu-
waktu aku sudah siap. Jangan sekarang. Kumohon.
Tuhan yang sunyi, kupuji nama-Mu hingga langit ketujuh. Amin.
Kwitansi
Konon, bukit itu teramat keramat. Kau perlu sesuatu. Bukan jimat.
Rosario pun serasa tak cukup. Kau perlu membawa kwitansi. Iya. Kwintansi.
Menunggu Pagi
:untuk malam yang ranum
Luna hampir pecah
Hari hampir tetas
Kau sudah pulas
Mataku memelas
Tubuh mulai lemas
Esok kaukan bergegas
Tapi senyummu tetap dan terus membekas.
Kita harus selaras
Sebab hidup terlampau keras
Balaslah batu dengan kertas
Bukan cadas!
Akulah kanvas
Kaulah kuas
Mari warnai hidup yang maha luas
(Bilik, 02:54)
________________________________________
Tentang Penulis:
Rio Ambasan adalah mahasiswa semester VII pada IFTK Ledalero asal Atambua-Timor. Resmi menetap di Wisma St. Agustinus-Wairpelit sejak Juli 2020 silam. Saat ini sedang aktif merawat beberapa pohon papaya di samping Pav. Aloysius.
0 Comments