(sumber gambar: facebookpicture) |
CERITAMU
Sisakan ceritamu
Sebelum aminmu mengakhiri cerita kita
Semoga ceritamu menjadi kenangan..
Augustine, 1998
GUCIMU
Masihkah belatimu membelah kata waktu
itu?
Bungkusan kata yang rapi telah retak
dari gucimu
Sebentar lagi matamu akan terkatup...
Apakah nadimu masih berdetak ataukah
nadimu mati seperti kata matimu itu?
Haruskah kuukir kembali gucimu?
Mungkin katamu hanyalah belati untuk
seorang yang mungil baru menetas kemarin
Augustine, 1986
RUMAH
Kaki itu adalah pemiliknya yang mungil
Entah sampai kapan dan di mana
Rumahmu kakimu yang berpijak
Miliki bukan milik melalui katamu namun
kakimu adalah rumahmu yang sekarang....
Augustine, 1880
KISAHMU KEMBALI
kota matimu telah usai
Kisah telah tiada di ujung oktober
Kini sisa usia melahirkan kembali
kisahmu di kota itu
Yang merilis kembali ceritamu diawal
november...
Augustine, 1986
KEMARIN DILUPAKAN
Malam melahirkan kepenatan
Yang akan mesra dalam lelapan
Itulah kerinduanku yang elegan
Mata yang sembari gelap telah melupakan
hari kemarin
Augustine, 1978
MENCARI
Di tengah telaga, kekeringan dirasakan.
Aku haus ke mana aku akan pergi?
Tanganku mengais tanah yang kering itu.
Keringat menghampiri dan rasa yang
hampir punah turut rasakan
Apakah aku masih punya rasa tuk merasakan
tempat ini ataukah aku seperti petani nomaden?
Tidak keringatku telah ada dalam telaga
ini, usai tak akan ada dalam telaga ini.
Augustine, 1876
KO
MENANGIS?
Ko tinggal dina le?
Jo nko kenapa menangis?
Rindu memaksa nko menangis oa..
Sudah le di sana no rindu nko...
Hujan merindukan bumi tiada kala
Nan pun hujan datang melaui koridormu
yang manis akhir november
Tuk menuntaskan rindu yang tersembuyi sekian tahun...
Terimakasih oa nko so rindu no
Augustine, 1876
LEMBARAN
BARU
Lembaran lama telah menyusut dan
lembaran baru mengembang...
Terimakasih lamamu telah menuangkan seribu
cerita
Augustine, 1870
LONCENG
BERDENTANG SEHARIAN SUNTUK
Bergeming memecah cakrawala
Tat kala doa-doa membubung
Seperti api yang membakar dupa
Meninggalkannya debu.
Di atas loteng yang teduh.
Dibalik celah, cahaya mengintip masuk
Menatap doa yang tersisip di atap tua
yang lembab
Sedari tetes bulir-bulir rahmat, sisa
gerimisnya berkat kala itu...
Augustine, 1923
Aku bukanlah Adam yang mencintai dengan
terlarang
Melainkan Elia diam-diam mencintai di
atas,
Menyisakan satu rusuk untuk menjaga hati
diantara dua belas rusuk.
Sebab sudah layak dan sepantasnya aku
menyangkali tubuh untuk menggenapi janji suci
Augustine, 1789
Penulis: Fr. Egi Tna’auni, SVD, Putra Maubesi-TTU. Ia memiliki kegemaran dalam menulis puisi-puisi kecil
dan sederhana. Bukan hanya itu saja dalam bidang olahraga ia suka bermain bola
voli. Ia juga suka bertani secara khusus menanam sayur-mayur. Sekarang sedang
menapaki panggilan di Bukit Ledalero-Maumere dan tinggal di Wisma St. Agustinus. ia memiliki nama gaul Gondrongfr.
0 Comments