Feature-Sulap Pertanian NTT Seperti Pertanian Israel dengan Metode “Modul Drip Irrigation”

 

 

(sumber foto: Screenshot Youtube Kompas TV Kupang)

Nama: Yance Maring

Asal: Kloang Popot, Kecamatan Hewo Kloang, Kabupaten Sikka, NTT

Pendidikan: Politeknik Pertanian kupang tahun 2015


Sulap Pertanian NTT Seperti Pertanian Israel dengan

Metode “Modul Drip Irrigation

Yance Maring sapaan akrab yang dilontarkan kepada pria asal NTT tepatnya Kabupaten Sikka ini. Berkat studi banding pertanian di Negara Israel ia menyulap pertanian di NTT khususnya di wilayah Kabupaten Sikka menjadi “Taman Eden” yang subur. Sebagaimana yang dikutip dalam RKN Media, Yance Maring menjelaskan proses awal ia berniat untuk melakukan seleksi perekrutan mahasiswa pertanian untuk belajar pertanian di Israel adalah mendengar dari teman-temannya yang sebelumnya sudah berangkat ke Israel

“Saya mendengar dari teman-teman yang sebelumnya sudah pergi ke Israel bahwa ada perekrutan mahasiswa pertanian NTT dan pada saat itu saya mulai menyiapkan segala berkas untuk seleksi dan akhirnya saya mendapat tiket yang bagus dan bisa pergi ke Israel untuk melakukan proses belajar bertani di sana” kisah petani milenial asal Desa Kloang Popot, Kecamatan Hewo Kloang, Sikka.

Pengalaman belajar sistem Pertanian di Israel

Setelah mencari informasi dan mengikuti tes akhirnya Yance Maring pria lajang 35 tahun ini akhirnya bisa mengalami proses belajar di tanah Israel. Ia mengisahkan bahwa selama masih menjalani pendidikan sebagai mahasiswa pertanian, mimpinya adalah ingin belajar pertanian di Israel. Hal ini karena didasarkan rasa penasarannya yang sangat mengugah karena mendengar kisah dari teman-teman yang belajar di sana. Ia juga penasaran dengan sistem pertanian di Israel karena menurut cerita yang ia dengar bahwa di Israel lahan pertaniannya adalah pertanian lahan kering. Namun, pertanian yang diperoleh sangat banyak dan luar biasa. Yance Maring mengisahkan bahwa pertama kali ia tiba di Israel membuatnya bertanya-tanya dalam hati karena lahan pertanian kering tetapi hasil pertanian melimpah.

“Pertama di tiba di sana rasa penasaran saya semakin membara untuk belajar sistem pertanian di sini. Kami langsung dibagi ke Mosaf atau kampung pertanian. Selama satu minggu, 5 hari kami langsung belajar di lapangan sambil kerja, 1 hari kami belajar secara teori dan satu hari kami istrahat dari semuanya”, kisah alumnus politeknik pertanian kupang tahun 2015 ini.  

Yance mengisahkan bahwa banyak ilmu, banyak pengetahuan baru dan pengalaman baru yang ia dapat di tempat ini. Bukan saja soal sistem pertaniannya melainkan budaya dari orang-orang Yahudi yang sangat berbeda jauh dari budaya bertani di Indonesia.

“Pertama-tama yang saya bangga dan senang dengan pertanian orang-orang Israel atau orang-orang Yahudi adalah budaya mereka yang sangat kuat. Budaya orang Yahudi adalah terkait disiplin dalam bertani. Waktu kerja, mereka kerja dengan sungguh-sungguh, dan waktu istrahat mereka istrahat tepat waktu. Sistem budaya inilah yang mengubah diri saya untuk perlahan-lahan menanam budaya ini dalam diri saya, meskipun ini adalah awal bagi saya.” Tandas pria yang sudah membangunkan lahan “tidur” RT 01/RW 02 Kelurahan Waeliti, Kecamatan Alok Barat ini.

Terkait sistem pertanian sangatlah jauh berbeda dengan sistem pertanian di Indonesia. Hal ini yang ia lihat ketika lahan kering tetapi tanaman-tanaman sangat subur, segar dan hijau.

“Rasa penasaran saya terjawab ketika saya melihat teknologi pertanian yang sangat luar biasa yang dikembangkan adalah irigasi tetes. Ketika melihat metode ini baru saya sadari bahwa pertanian ini sungguh luar biasa dan hebat. Ketertarikan saya pada sistem ini membuat saya terus belajar dan terus berproses di tempat ini untuk mendapat sesuatu yang lain dan baru. Dan sesuatu itu adalah sistem irigasi tetes, yang meskipun lahan kering tetapi tanaman-tanaman segar, subur dan hijau” jelas pria yang sudah berhasil dalam memanfaatkan metode smart farming maring drip irrigation system ini.

Time is Money: Membongkar Kebiasaan Santai

Hal pelajaran penting yang menjadi bekal bagi Yance Maring ketika belajar selama Sembilan bulan di Isreal adalah cara hidup bertani orang-orang Yahudi yang menganggap waktu itu sangat berharga, sikap-sikap santai atau sikap-sikap malas dalam diri orang Yahudi tidak ada.

“Orang-orang Yahudi benar-benar menghayati apa arti dari waktu adalah uang, waktu itu berharga. Bagi Mereka adalah sistem kerja itu sudah ada waktu untuk refresing-nya. Jadi, selama waktu kerja mereka fokusnya kerja. Tidak ada yang bilang harus istrahat satu-dua hari nanti baru lanjut. Saya melihat sikap santai dalam diri orang-orang Yahudi itu tidak ada. Mereka sudah memetakan waktu kerja dan waktu untuk refresing-nya. Inilah perbedaan yang patut kita contohi dalam setiap usaha kerja kita dan setiap dinamika kehidupan kita”, tandasnya. 

Sulap Lahan Kering di Maumere- NTT, Jadi Lahan kering Seperti di Israel.

Selama Sembilan bulan Yance Maring belajar sistem pertanian irigasi tetes di Israel dan akhirnya hasil belajarnya itu ia terapkan di kebun kampung halamannya, Kabupaten Sikka-NTT. Sebagaimana yang dikutip dalam Dewa Det News, ketika Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat berkujung ke kebun irigasi tetesnya di Kelurahan Waeliti, Kabupaten Sikka, benar-benar menjadi sebuah kebun yang seolah-olah ia “memindahkan” lahan dari Israel. Atau Yance Maring menciptakan “Tanam Eden” di Kabupaten Sikka.

“Ketika saya pulang dari Israel saya ingin menerapkan apa yang saya pelajari di Israel dan berusaha mengarap lahan kering yang ada ini dan menerapkan sistem irigasi tetesnya. Dan syukurlah akhirnya semuanya berlajan dengan lancar dan baik. Dalam proses irigasi tetes ini, saya menerapkan sistem di mana cara menyiram, pemupukan hanya melalui teknologi yang dikontrol dari jarak jauh”, tandar pria berkulit sawo matang ini.

Yance maring menjelaskan terkait alat-alat yang ia gunakan dalam proses irigasi tetes tersebut. “Saya menggunakan beberapa alat di sini pertama, Dis Filter, alat ini berfungsi untuk memfilter kotoran air dari bak penampung air. Kedua, irvaf. Alat ini berfungsi untuk mengatur tekanan udara. Ketiga, senturi injector. Fungsi alat ini untuk mengatur proses pemupukan. Pemupukan langsung bersamaan dengan sistem penyiraman.” Jelas pria yang berhasil dalam pemanfaatan sistem smartphone control ini.

 

(sumber foto: Screenshot  Youtube Kompas TV Kupang)

Pesan Yance Maring untuk Para Pemuda di Zaman Milenial Ini

Setelah menjelaskan mengenai fungsin-fungsi dari alat-alat dalam sistem irigasi tetes ini,  Yance Maring perpesan kepada para pemuda di Indonesia atau secara khusus di NTT untuk berusaha keluar dari pola lama dan berahli ke pola yang baru yakni sistem teknologi kreatif dan merubah sikap-sikap sante dalam diri untuk berinovasi.

“Saya hanya berpesan kepada pemuda di Indonesia atau ntt khususnya untuk berani meninggalkan pola lama dan berahli ke pola baru yang lebih kreatif, secara teknologi digital dan tetap menjungjung semangat dan daya juang dalam diri” tandas petani milenial yang sudah berhasil ini.

 

Penulis: Fr. Micky Moruk 

Post a Comment

0 Comments