RELEVANSI NEPOTISISME DALAM ERA POLITIK MODERN || EGI TNAUNI

Ilustrasi pixabay.com


RELEVANSI NEPOTISISME DALAM ERA POLITIK MODERN

 

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ciri era globalisasi secara eksponensial, akan mengubah dengan sangat cepat cara dan gaya hidup manusia yaitu dari masyarakat prehistoris kepada suatu masyarakat post industri. Kondisi semacam itu secara jelas menuntut suatu bangsa untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya melalui bidang pendidikan.[1] Melihat fenomena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia saat ini, perlu kiranya dilakukan reformasi pendidikan, yaitu mempersiapkan pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia  untuk dapat berkompetisi dalam abad 21 atau abad milenium  yang ditandai oleh adanya persaingan global yang sangat ketat. Jadi fenomena pemerintah Indonesia masih memandang pendidikan dengan sebelah mata dan harus mulai direformasi. Reformasi sangat penting dalam dunia pendidikan sebab dunia kerja selalu berkaitan dengan pendidikan dan seharusnya diberlakukan secara universal bukan diberlakukan terhadap kapatalisme tertentu. Oleh karena itu relevansi Nepotisme dalam dunia industri terlihat jelas dalam dunia modern ini karena setiap manusia ingin menguntungkan diri sendiri dan keluarganya dalam dunia pendidikan maupaun dalam dunia pekerjaan.

NEPOTISME DALAM DUNIA KERJA

Kata Nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau“cucu”, secara istilah berarti mendahulukan anggota keluarga atau kawan dalam memberikan pekerjaan atau hak istimewa (Chambers Murray Latin-English Dictionary, 1983).[2] Menurut Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No. 28 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara. Nepotisme dalam era milenial ini cukup dibahas serius sebab dalam dunia politik modern setiap orang lebih mengutamakan keluarga untuk mengambil alih semua pekerjaan tersebut. Tentunya hal ini akan mengubah semua sistem dalam dunia pekerjaan yang menyebabkan pengangguran terhadap orang yang memiliki potensi dalam dirinya tersebut. Dalam dunia pendidikan telah dibagi berbagai bidang yang akan ditekuni oleh berbagai orang dalam mengembangkan potensi yang dimiliki agar masa depan menjadi kenyataan, namun semua potensi dan bidang yang telah diraih  sesungguhnya bisa mengerjakan pekerjaan yang bersangkutan namun potensi tersebut dialihkan kepada orang yang tidak memiliki potensi tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan dunia kerja yang telah diberlakukan oleh Negara. Manusia modern lebih mementingkan keluarga dalam dunia kerja tanpa memperhatikan orang lain yang membutuhkan pekerjaan. Oleh karena itu, negera tidak boleh mengizinkan manusia untuk mengadopsi Nepotisme sebab dalam dunia era mileneal ini.

            Nepotisme sering dilakukan di kalangan pejabat dan pemegang kekuasaan di negara, mereka menempatkan kerabat dan keluarganya pada posisi-posisi penting agar mereka bisa selalu dekat dan saling bekerja sama. Hal ini juga yang menyebabkan Nepotisme sulit untuk dihapuskan karena terjadi secara turun temurun. Dalam dunia politik Nepotisme didepankan sebagai ujung tombak dalam menyukseskan segala rencana yang telah ditetapkan. Keluarga atau kerabat menjadi pusat dalam proses mengerjakan apa yang menjadi keuntungan.

Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya kebijakan dapat diharapakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, sekaligus upaya yang dilakukan sebagai pemecahan suatu masalah dan konflik dengan menggunakan sarana-sarana tertentu dalam tahapan waktu tertentu, menggunakan prinsip-prinsip dan pedoman sebagai landasan dalam mengatasi konflik yang dihadapi. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mensejahterkan masyarakat, Bangsa dan Negara namun setiap orang salah menggunakan kesempatan tersebut untuk memuaskan diri dan keluarga. Mengedepankan kebijakan lebih meyukseskan semua orang dalam hal kecil maupun besar karena mampu melibatkan potensi atau skill yang dimiliki oleh setiap orang. Ketika semua orang mengembangkan Nepotisme dalam bidang apa pun, Bangsa dan Negara akan terjebak dalam dunia pollitik yang diatur oleh orang-orang tertentu. Menurut Robbins (2003) nilai collectivism memiliki fungsi liability (memberi kesempatan bagi individu mengembangkan komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dibandingkan kepentingan pribadinya) bagi individu.[3] Kepentingan individu dan keluarga dalam dunia kerja akan memusnahkan segala usaha dan karya semua orang sebab Nepotisme yang dikembangkan oleh instansi tertentu akan mengancam masa depan semua orang yang sedang membubungi pendidikan.

POLITIK DAN KEKUASAAN DUNIA MODERN

            Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan dengan manusia, yang pada kodratnya selalu hidup bermasyarakat.[4] politik akan selalu menggejala, mewujudkan dirinya dalam rangka proses perkembangan manusia. Ranah politik menjadi salah satu publik pembahasan dalam dunia interaksi sosial dan pekerjaan manusia. Instansi yang berkaitan dengan politik adalah dunia kerja industri yang modern. Persaingan politik semakin merajalela dengan berbagai cara. Salah satu cara  yakni Nepotisme. Pekerjaan zaman sekarang diralat semua oleh tindakan Nepotisme. Dari kenyataan sejarah itu terlihat adanya usaha-usaha dalam masyarakat dari golongan warga untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dan segolongan lain berusaha mempertahankannya. Hakekat politik menunjukkan perilaku atau tingkah laku manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya bertujuan akan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan kelompok masyarakat dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan menjadi topografi dalam dunia modern yang menyebabkan tindakan, cara dan sikap untuk memecahkan integrasi dalam tatanan dunia kerja. Tentunya peleburan ini akan memalsukan fakta yang sebenarnya. Pemberdayaan manusia dengan manusia melalui politik bukan menjadi hal yang lumrah melainkan sebuah pertandingan yang sangat populer. Manusia dengan manusia tidak ingin menyerah dan selalu menciptakan persaingan dalam dunia kerja yang melibatkan politik sebagai cara penyelesaian dan tentunya semua pihak yang berkaitan akan menciptakan suatu kinerja yang sangat populer.

            Menurut Deliar Noer (1983: 6) Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.[5] Kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai dua dimensi yakni kekuasaan absolut dan kekuasaan relativisme. Kekuasaan absolut adalah kekuasan yng tidak pernah mengalami perubahan dalam dunia politik maupun dunia kerja. Sedangkan kekuasaan relativitisme adalah kekuasaan yang selalu mengalami perubahan dalam waktu yang dekat maupun waktu yang panjang. Dari dua kekuasaan ini, seringkali pemimpin jatuh dalam kekuasaan relativisme sebab para pemimpin selalu menggunakan cara ini untuk menguntugkan diri beserta keluarganya. Hal ini bisa dilihat bahwa kekuasaan relativisme tergolong dalam dunia politik sebab peran manusia dalam dunia kekusaan ini akan lebih pada keuntungan diri dan keluarga tanpa melibatkan orang lain. Oleh karena itu, Deliar Noer mengatakan politik tidak terbatas pada suatu kegiatan yang berkaitan dengan “decision making” (pengambilan keputusan) dan kebijaksanaan umum (public politicies) akan tetapi mencakup tentang kegiatan-kegiatan yang bertujuan adanya perubahan-perubahan struktur masyarakat seperti adanya pergeseran kekuasaan politik dari penguasa atau rezim ke rezim lainnya.

RELEVANSI NEPOTISME DAN POLITIK DALAM DUNIA MODERN.

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan gerakan yang dilakukan secara sadar oleh pelakunya dan tantangan bagi suatu negara/organisasi khususnya bagi pemerintah yang tentu membutuhkan dukungan dari masyarakat. (Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, 2019).[6] Hal tersebut sangat memengaruhi kondisi ekonomi negara dan pemerataan pembangunan infrastruktur. KKN bukan hanya terjadi pada tingkat pusat saja, akan tetapi sudah tersebar sampai pelosok-pelosok daerah yang paling kecil. Oleh sebab itu, pentingnya kesadaran individu sangat ditekankan pada kondisi saat ini. Tindakan dan cara setiap pemimpin memiliki aturan khusus selain aturan yang ditetapkan oleh pemimpin lainnya. Apakah Nepotisme mempunyai hubungan dengan dunia politik dalam dunia modern ini? Perkembangan dunia semakin cepat yang didukung oleh teknologi dan segala pekerjaan terekam dalam sistem yang telah diatur namun masih ada kejadian yang melenyapkan semua orang dalam dunia kerja. Ketika Nepotisme diutamakan dengan sendirinya politik akan berindak lebih dalam mencapai apa yang menjadi harapan suatu instansi. Ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan namun belakangan ini Nepotisme menjadi duta dalam politik sebab politik meletakan dasar yang kuat untuk merelevansi dunia pekerjaan yang seharusnya dimilki oleh semua orang yang berpotensi. Hubungan antara nepotisme dan politik sangat cocok dalam mengelola suatu pekerjaan. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan kebijakan pemerinah namun keegoisan setiap orang melampaui kebersamaan yang seharusnya dikembangkan. Mementingkan keluarga atau kerabat dalam dunia kerja sudah digolongkan dalam politik karena tidak mengizinkan pihak dari luar untuk mengambil bagian tersebut. Hal ini bisa dilihat dalam dunia kerja yang kecil maupun yang besar, padahal suatu pekerjaan tersebut diadakan oleh pemerintah dan diberlakukan secara universal namun pemimpin lebih mengutamakan keluarga atau kerabat untuk mengambilalih semuanya padahal dari pihak luar membutuhkan pekerjaan tersebut yang didukung oleh potensinya. Fenomena ini juga disebut sebagai kekausaan relativisme yang berubah-ubah sesuai kemauan pemimpin instansi pekerjaan.

Dari kenyataan tersebut terlihat adanya usaha-usaha dalam masyarakat dari golongan warga untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dan segolongan lain berusaha mempertahankannya. Pada zaman penjajahan Belanda dilaksanakan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia melalui organisasi politik. Sedangkan setelah kemerdekaan tercapai kekuatan kekuasaan politik berusaha mendapatkan kekuasaan dan mereka berhasil mengatur masyarakat sesuai dengan nilai-nilai dan pandangan hidup mereka sendiri atau dimiliki bersama.[7] Pengambilan kekuasaan oleh orang yang tidak berkenan terhadap negara adalah suatu fenomena yang sangat bertantagan dengan kebijakan pemerintah dan di dunia modern ini, kekuasaan selalu menjadi dictator dalam fenomena politik dan dalam fenomena politk setiap pemimpin akan menetapkan aturan sesuai keinginannya. Tentunya aturan ini akan menjadi keuntungan terhadap suatu pekerjaan yang diadopsi oleh pemimpin. Relevansi Nepotisme dan politik di dunia modern ini, memiliki ketentuannya tersendiri yakni menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kerabat atau sahabat. Namun dalam dunia modern ada sebagian orang yang mempertahankan kebijakan pemerintah dalam dunia kerja. Pemerintah selalu mengeluarkan aturan dalam dunia kerja apa saja namun relevansinya tidak mencapai tujuan yang diinginkan oleh pemerintah melainkan mengabulkan apa yang diharapkan oleh semua orang yakni keuntungan dan mengabaikan keuntungan bersama.

Integrasi dalam fenomena kehidupan sangat diutamakan namun setiap orang memandang kesatuan itu sebagai musuh dan semua orang berpaling dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya Nepotisme, politik akan  menjadi ranah dalam permainan dalam dunia kerja yang didukung oleh teknologi. Hal ini bukan dilakukan sekali saja namun berulang-ulang kali oleh setiap orang yang besangkutan. Apakah Nepotisme akan bertahan ketika mengabaikan politik? Pemisahan antara nepotisme dan politik tidak akan terjadi karena nepotisme bertindak, politik pun juga ikut bertindak untuk mempertahankan nepotisme. Oleh karena itu bangsa dan negara harus lebih ke dalam untuk melihat setiap pekerjaan yang diselenggarakan oleh pemrintah agar tidak terjadi pengangguran dan kemiskinan dalam negara ini. Pemerintah harus tegas dengan nepotisme dan politik agar secepatnya dihilangkan dari profil setiap pekerjaan agar semua orang bisa mengalami semuanya tanpa dirasakan oleh orang-orang tertentu saja. Relevansi nepotisme dalam dunia politik akan menghapus nilai integrasi yang telah ditetapkan oleh pemrintah dan pemerintah harus meneliti setiap pekerjaan yang diselenggarakan.



[1] Taufan Lazuardi, “Nepotisme Dalam Proses Rekrutmen,” Nepotisme Dalam Proses Rekrutmen Dan Seleksi: Potensi Dan Kelemahan (2014), 1–40 <http://eprints.undip.ac.id/44711/>.

[2] ibid

[3] Nurul Aida Abdullah dan Muhammad Zaid Daud, “Pemaknaan Semula Sinonim Leksikal ‘Nepotisme’ Berteraskan Data Korpus: Analisis Pragmatik/Synonym Meaning-making of Lexical ‘Nepotism’ Based on Corpus Data: Pragmatic Analysis,” LSP International Journal, 7.1 (2020) <https://doi.org/10.11113/lspi.v7n1.97>.

[4] Abdulkadir Nambo dan Mohamad Rusdiyanto Puluhuluwa, “Memahami Tentang Beberapa Konsep Politik,” MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan, 21.2 (2005), 262–85.

[5] Abdulkadir Nambo dan Mohamad Rusdiyanto Puluhuluwa.

[6] Riska Ariana, 1–23.

[7] Ariana.

Post a Comment

0 Comments