RELEVANSI NEPOTISISME DALAM ERA POLITIK MODERN
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
ciri era globalisasi secara eksponensial, akan mengubah dengan sangat cepat
cara dan gaya hidup manusia yaitu dari masyarakat prehistoris kepada suatu
masyarakat post industri. Kondisi semacam itu secara jelas menuntut suatu
bangsa untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya melalui bidang
pendidikan.[1]
Melihat fenomena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia saat
ini, perlu kiranya dilakukan reformasi pendidikan, yaitu mempersiapkan
pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia untuk dapat berkompetisi dalam abad 21 atau
abad milenium yang ditandai oleh adanya
persaingan global yang sangat ketat. Jadi fenomena pemerintah Indonesia masih
memandang pendidikan dengan sebelah mata dan harus mulai direformasi. Reformasi
sangat penting dalam dunia pendidikan sebab dunia kerja selalu berkaitan dengan
pendidikan dan seharusnya diberlakukan secara universal bukan diberlakukan
terhadap kapatalisme tertentu. Oleh karena itu relevansi Nepotisme dalam dunia
industri terlihat jelas dalam dunia modern ini karena setiap manusia ingin
menguntungkan diri sendiri dan keluarganya dalam dunia pendidikan maupaun dalam
dunia pekerjaan.
NEPOTISME
DALAM DUNIA KERJA
Kata Nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang
berarti “keponakan” atau“cucu”, secara istilah berarti mendahulukan anggota
keluarga atau kawan dalam memberikan pekerjaan atau hak istimewa (Chambers
Murray Latin-English Dictionary, 1983).[2] Menurut
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No. 28 Tahun 1999 Pasal 1
Ayat 5, Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara. Nepotisme dalam era milenial ini
cukup dibahas serius sebab dalam dunia politik modern setiap orang lebih
mengutamakan keluarga untuk mengambil alih semua pekerjaan tersebut. Tentunya
hal ini akan mengubah semua sistem dalam dunia pekerjaan yang menyebabkan
pengangguran terhadap orang yang memiliki potensi dalam dirinya tersebut. Dalam
dunia pendidikan telah dibagi berbagai bidang yang akan ditekuni oleh berbagai
orang dalam mengembangkan potensi yang dimiliki agar masa depan menjadi
kenyataan, namun semua potensi dan bidang yang telah diraih sesungguhnya bisa mengerjakan pekerjaan yang
bersangkutan namun potensi tersebut dialihkan kepada orang yang tidak memiliki
potensi tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan dunia kerja yang telah
diberlakukan oleh Negara. Manusia modern lebih mementingkan keluarga dalam
dunia kerja tanpa memperhatikan orang lain yang membutuhkan pekerjaan. Oleh
karena itu, negera tidak boleh mengizinkan manusia untuk mengadopsi Nepotisme sebab
dalam dunia era mileneal ini.
Nepotisme
sering dilakukan di kalangan pejabat dan pemegang kekuasaan di negara, mereka
menempatkan kerabat dan keluarganya pada posisi-posisi penting agar mereka bisa
selalu dekat dan saling bekerja sama. Hal ini juga yang menyebabkan Nepotisme
sulit untuk dihapuskan karena terjadi secara turun temurun. Dalam dunia politik
Nepotisme didepankan sebagai ujung tombak dalam menyukseskan segala rencana
yang telah ditetapkan. Keluarga atau kerabat menjadi pusat dalam proses
mengerjakan apa yang menjadi keuntungan.
Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya kebijakan dapat diharapakan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, sekaligus upaya yang dilakukan sebagai
pemecahan suatu masalah dan konflik dengan menggunakan sarana-sarana tertentu
dalam tahapan waktu tertentu, menggunakan prinsip-prinsip dan pedoman sebagai
landasan dalam mengatasi konflik yang dihadapi. Kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk mensejahterkan masyarakat, Bangsa dan Negara
namun setiap orang salah menggunakan kesempatan tersebut untuk memuaskan diri
dan keluarga. Mengedepankan kebijakan lebih meyukseskan semua orang dalam hal
kecil maupun besar karena mampu melibatkan potensi atau skill yang
dimiliki oleh setiap orang. Ketika semua orang mengembangkan Nepotisme dalam
bidang apa pun, Bangsa dan Negara akan terjebak dalam dunia pollitik yang
diatur oleh orang-orang tertentu. Menurut Robbins (2003) nilai collectivism
memiliki fungsi liability (memberi kesempatan bagi individu mengembangkan
komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dibandingkan kepentingan pribadinya)
bagi individu.[3]
Kepentingan individu dan keluarga dalam dunia kerja akan memusnahkan segala
usaha dan karya semua orang sebab Nepotisme yang dikembangkan oleh instansi
tertentu akan mengancam masa depan semua orang yang sedang membubungi
pendidikan.
POLITIK
DAN KEKUASAAN DUNIA MODERN
Politik
pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan dengan manusia,
yang pada kodratnya selalu hidup bermasyarakat.[4] politik
akan selalu menggejala, mewujudkan dirinya dalam rangka proses perkembangan
manusia. Ranah politik menjadi salah satu publik pembahasan dalam dunia
interaksi sosial dan pekerjaan manusia. Instansi yang berkaitan dengan politik
adalah dunia kerja industri yang modern. Persaingan politik semakin merajalela
dengan berbagai cara. Salah satu cara
yakni Nepotisme. Pekerjaan zaman sekarang diralat semua oleh tindakan Nepotisme.
Dari kenyataan sejarah itu terlihat adanya usaha-usaha dalam masyarakat dari
golongan warga untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dan segolongan lain
berusaha mempertahankannya. Hakekat politik menunjukkan perilaku atau tingkah
laku manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya
bertujuan akan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan kelompok masyarakat
dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan menjadi topografi dalam dunia modern
yang menyebabkan tindakan, cara dan sikap untuk memecahkan integrasi dalam
tatanan dunia kerja. Tentunya peleburan ini akan memalsukan fakta yang
sebenarnya. Pemberdayaan manusia dengan manusia melalui politik bukan menjadi
hal yang lumrah melainkan sebuah pertandingan yang sangat populer. Manusia
dengan manusia tidak ingin menyerah dan selalu menciptakan persaingan dalam
dunia kerja yang melibatkan politik sebagai cara penyelesaian dan tentunya
semua pihak yang berkaitan akan menciptakan suatu kinerja yang sangat populer.
Menurut
Deliar Noer (1983: 6) Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan
jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.[5]
Kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai dua dimensi yakni kekuasaan
absolut dan kekuasaan relativisme. Kekuasaan absolut adalah kekuasan yng tidak
pernah mengalami perubahan dalam dunia politik maupun dunia kerja. Sedangkan
kekuasaan relativitisme adalah kekuasaan yang selalu mengalami perubahan dalam
waktu yang dekat maupun waktu yang panjang. Dari dua kekuasaan ini, seringkali
pemimpin jatuh dalam kekuasaan relativisme sebab para pemimpin selalu
menggunakan cara ini untuk menguntugkan diri beserta keluarganya. Hal ini bisa
dilihat bahwa kekuasaan relativisme tergolong dalam dunia politik sebab peran
manusia dalam dunia kekusaan ini akan lebih pada keuntungan diri dan keluarga
tanpa melibatkan orang lain. Oleh karena itu, Deliar Noer mengatakan politik
tidak terbatas pada suatu kegiatan yang berkaitan dengan “decision making”
(pengambilan keputusan) dan kebijaksanaan umum (public politicies) akan tetapi
mencakup tentang kegiatan-kegiatan yang bertujuan adanya perubahan-perubahan
struktur masyarakat seperti adanya pergeseran kekuasaan politik dari penguasa
atau rezim ke rezim lainnya.
RELEVANSI NEPOTISME DAN POLITIK DALAM DUNIA MODERN.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan gerakan yang
dilakukan secara sadar oleh pelakunya dan tantangan bagi suatu
negara/organisasi khususnya bagi pemerintah yang tentu membutuhkan dukungan
dari masyarakat. (Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi,
2019).[6] Hal
tersebut sangat memengaruhi kondisi ekonomi negara dan pemerataan pembangunan
infrastruktur. KKN bukan hanya terjadi pada tingkat pusat saja, akan tetapi
sudah tersebar sampai pelosok-pelosok daerah yang paling kecil. Oleh sebab itu,
pentingnya kesadaran individu sangat ditekankan pada kondisi saat ini. Tindakan
dan cara setiap pemimpin memiliki aturan khusus selain aturan yang ditetapkan
oleh pemimpin lainnya. Apakah Nepotisme mempunyai hubungan dengan dunia politik
dalam dunia modern ini? Perkembangan dunia semakin cepat yang didukung oleh
teknologi dan segala pekerjaan terekam dalam sistem yang telah diatur namun
masih ada kejadian yang melenyapkan semua orang dalam dunia kerja. Ketika
Nepotisme diutamakan dengan sendirinya politik akan berindak lebih dalam
mencapai apa yang menjadi harapan suatu instansi. Ada begitu banyak cara yang
bisa dilakukan namun belakangan ini Nepotisme menjadi duta dalam politik sebab
politik meletakan dasar yang kuat untuk merelevansi dunia pekerjaan yang
seharusnya dimilki oleh semua orang yang berpotensi. Hubungan antara nepotisme
dan politik sangat cocok dalam mengelola suatu pekerjaan. Tentunya hal ini
sangat bertentangan dengan kebijakan pemerinah namun keegoisan setiap orang
melampaui kebersamaan yang seharusnya dikembangkan. Mementingkan keluarga atau
kerabat dalam dunia kerja sudah digolongkan dalam politik karena tidak
mengizinkan pihak dari luar untuk mengambil bagian tersebut. Hal ini bisa
dilihat dalam dunia kerja yang kecil maupun yang besar, padahal suatu pekerjaan
tersebut diadakan oleh pemerintah dan diberlakukan secara universal namun
pemimpin lebih mengutamakan keluarga atau kerabat untuk mengambilalih semuanya
padahal dari pihak luar membutuhkan pekerjaan tersebut yang didukung oleh
potensinya. Fenomena ini juga disebut sebagai kekausaan relativisme yang
berubah-ubah sesuai kemauan pemimpin instansi pekerjaan.
Dari kenyataan tersebut terlihat adanya usaha-usaha dalam
masyarakat dari golongan warga untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dan
segolongan lain berusaha mempertahankannya. Pada zaman penjajahan Belanda
dilaksanakan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia melalui organisasi politik.
Sedangkan setelah kemerdekaan tercapai kekuatan kekuasaan politik berusaha
mendapatkan kekuasaan dan mereka berhasil mengatur masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai dan pandangan hidup mereka sendiri atau dimiliki bersama.[7]
Pengambilan kekuasaan oleh orang yang tidak berkenan terhadap negara adalah
suatu fenomena yang sangat bertantagan dengan kebijakan pemerintah dan di dunia
modern ini, kekuasaan selalu menjadi dictator dalam fenomena politik dan dalam
fenomena politk setiap pemimpin akan menetapkan aturan sesuai keinginannya. Tentunya
aturan ini akan menjadi keuntungan terhadap suatu pekerjaan yang diadopsi oleh
pemimpin. Relevansi Nepotisme dan politik di dunia modern ini, memiliki
ketentuannya tersendiri yakni menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kerabat
atau sahabat. Namun dalam dunia modern ada sebagian orang yang mempertahankan
kebijakan pemerintah dalam dunia kerja. Pemerintah selalu mengeluarkan aturan
dalam dunia kerja apa saja namun relevansinya tidak mencapai tujuan yang
diinginkan oleh pemerintah melainkan mengabulkan apa yang diharapkan oleh semua
orang yakni keuntungan dan mengabaikan keuntungan bersama.
Integrasi dalam fenomena kehidupan sangat diutamakan namun setiap orang memandang kesatuan itu sebagai musuh dan semua orang berpaling dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya Nepotisme, politik akan menjadi ranah dalam permainan dalam dunia kerja yang didukung oleh teknologi. Hal ini bukan dilakukan sekali saja namun berulang-ulang kali oleh setiap orang yang besangkutan. Apakah Nepotisme akan bertahan ketika mengabaikan politik? Pemisahan antara nepotisme dan politik tidak akan terjadi karena nepotisme bertindak, politik pun juga ikut bertindak untuk mempertahankan nepotisme. Oleh karena itu bangsa dan negara harus lebih ke dalam untuk melihat setiap pekerjaan yang diselenggarakan oleh pemrintah agar tidak terjadi pengangguran dan kemiskinan dalam negara ini. Pemerintah harus tegas dengan nepotisme dan politik agar secepatnya dihilangkan dari profil setiap pekerjaan agar semua orang bisa mengalami semuanya tanpa dirasakan oleh orang-orang tertentu saja. Relevansi nepotisme dalam dunia politik akan menghapus nilai integrasi yang telah ditetapkan oleh pemrintah dan pemerintah harus meneliti setiap pekerjaan yang diselenggarakan.
[1] Taufan
Lazuardi, “Nepotisme Dalam Proses Rekrutmen,” Nepotisme Dalam Proses Rekrutmen Dan Seleksi: Potensi Dan Kelemahan
(2014), 1–40 <http://eprints.undip.ac.id/44711/>.
[2] ibid
[3] Nurul
Aida Abdullah dan Muhammad Zaid Daud, “Pemaknaan Semula Sinonim Leksikal
‘Nepotisme’ Berteraskan Data Korpus: Analisis Pragmatik/Synonym Meaning-making
of Lexical ‘Nepotism’ Based on Corpus Data: Pragmatic Analysis,” LSP International Journal, 7.1 (2020)
<https://doi.org/10.11113/lspi.v7n1.97>.
[4] Abdulkadir
Nambo dan Mohamad Rusdiyanto Puluhuluwa, “Memahami Tentang Beberapa Konsep
Politik,” MIMBAR : Jurnal Sosial dan
Pembangunan, 21.2 (2005), 262–85.
[5] Abdulkadir Nambo dan Mohamad Rusdiyanto Puluhuluwa.
[6] Riska Ariana, 1–23.
[7] Ariana.
0 Comments