PUISI MEMBUNUH MARTINUS || RIO AMBASAN

Ilustrasi Allexpress.com

Sahabat

Tentang aku, kamu menjelma kita

Tentang benang yang kita rajut

Tak peduli, jika pada akhirnya nanti

Apa yang kita rajut menjelma jas pernikahan atau kasula dengan salib sebagai ornamennya.

Selagi itu bahagia, ikutilah kata hati.

Krokowolon, 25 September 2021


Membunuh Martinus

Martinus sudah mati

Hilang, lekang, seperti sufmuti selepas dibakar para petani di Oenopu.

Adalah Maria, si gadis kecil dari ufuk Timur yang telah membunuhnya

Menggunakan tinta, sebab terkadang, tinta lebih mujarab dari Glok 17 sekalipun.

Maria memang gegabah. Ia tak setabah Ain Balok yang asa menenun tais sampai menjelang petang.

Usai membunuh Martinus, Maria lalu menanggalkan bajunya.

Dan sambil menatap ke Lakaan, Maria bergumam, “selesailah sudah! Kau sudah kubunuh dalam kepalaku!”

Aloysius, akhir Februari 2023

Eden di Kepala

Pada mulanya, Tuhan menciptakan Eden dalam kepala manusia.

Dibiarkannya kepala manusia dialiri Pison, Gihon, Tigris dan Efrat. Tak hanya sungai, Tuhan pun mengaliri hidup manusia dengan luka dan paku. Tuhan memang baik, diciptakannya buah terlarang itu lalu diusirnyalah manusia dari kelimpahannya.

Aloysius, Akhir Februari 2023

________________________________

Tentang Penulis:

Rio Ambasan adalah diaspora Atoni Pah Meto. Lahir di Atambua pada saat Indonesia sedang menghadapi krisis moneter. Setelah menyelesaikan masa formasi selama kurang lebih enam tahun lamanya di seputaran Lalian dan Nenuk, Rio Ambasan kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Nusa Bunga, Maumere tepatnya.  


Post a Comment

0 Comments