Gambar pixabay.com |
MENGENANGMU LUKA
Mengenalmu adalah
seribu keris menusuk jeruji dadaku
Menembus sukma kerinduanku.
Merindukanmu
adalah kenangan untuk bernostalgia kembali
Kehilanganmu
adalah luka bagi rinduku
Ahh,,, molek
parasmu pandai melukaiku
Aku memanggilmu
luka karena engkau pandai melukai
Aku menyebut
engkau molek karena engkau indah dipandang
Ahh,, memang rinduku terluka oleh parasmu hai
wanita pandai melukai tapi tak berdarah
Engkau
seolah-olah menekan rinduku yang membara,
Membakarnya
hingga membias di dadaku
Ah
apakah aku benar jatuh cinta?
Engkau
memang pandai membuat rinduku menjadi luka dan melukaiku.
LUKA ITU CINTA
Tak
berdarah lukaku perlahan-lahan tumbuh menjadi cinta
Cinta
membentuk segunung kelupaanku,
Karena
engkau pandai merawat luka, sekaligus membuatku jatuh cinta yang kesekian.
Ahhk,,,
memang benar cantik itu melukai dan luka itu karena ada rasa
Rasa
ditindas dan makin terasa risau saat menghardikmu dari lupa
Bunuh
saja aku, jika mencintaimu penuh dengan luka.
MERAWAT LUKA
Hai
wanita pandai merawat luka, caramu melukaiku terselip beribu tasbih cinta
Mengisahkan
keluhmu mengingatkan aku akan Sabda Tuhan yang begitu ranum:
Pada
doa pagi hari yang berbunyi “indahkanlah keluh kesahku ya Tuhan Allahku”
Sebab
pikiranku masih membenam oleh kisahnya yang menusuk bagaikan duri pada sepotong
dagingku.
Hai
wanita pandai merawat luka, engkau hadir dalam setiap desahan nafas
Merobek
sejuta kenang dalam ingat.
Sejengkal rindu dalam bayang merasuk sukma.
Memupuk
dan menjadikannya benih purba.
Aku
terdiam karena terkagum-kagum dengan lentik paras dan molek tubuhmu
Yang
menarik dan sekaligus melukai
Aku
tahu sekadar menambat rasa tak mampu kuaminkan dengan semoga.
Lantas,
merindukan adalah doaku yang paling purba
Tak
lekang di renggut masa.
_______________________________
Tentang penulis
Mendes Dacosta, Mahasiswa IFTK Ledalero semester IV.
0 Comments