Televisi Tua; Suara Minor dari Ujung Negeri || Puisi Rian Tap

 

(Sumber: m.facebook.com)


*Oleh: Rian Tap

 

Mega mulai mendulang gelap

Hujan pun perlahan basahi tanah tanpa beban

Rengek binatang di balik jerami hiruk pikuk

Sedang nasi di piring sudah hampir habis.

 

Di balik layar televisi politisi muda terus berteriak.

“Ayo, pilih aku Jika mau beras dalam gentongmu terus terisi. Aku  siap melayani.”

Fotonya viral di media sosial.

Kata-kata puitis diramu dan meraup suara minor.

Harta dan kata-katanya login di hati warga.


 (Baca juga: Pusara Beranda Story WA || Puisi Ama Kolle)


Wajah muda bermuka dua terus mengumbar janji.

Suara minor dari ujung negeri terus meneriaki luka.

Setelah ia naik tahta, tak lagi ada suara di balik televisi.

Ia  menjadi pendiam yang telah bungkam dengan uang.

 

Tangis dari sudut- sudut penjuru terus menjerit,

Derai sedih mulai gugur satu persatu,

 Niat mengubah nasi menjadi roti hanyalah mimpi.

Sudah bertahun-tahun, dan waktu melebar luas tanpa tuntas.


 (Baca juga: Nilai Sosio-Kultural dalam Film Kau dan Warna || Ulasan Sastra No Eris)


Menanti janjimu yang kabur bersama televisi tua itu.

Akhirnya duka dan derita terus melebari jarak,

Engkau sudah kehilangan aura.

Sedangkan kami masih terus meliuk sepi,

dengan derita yang tak pernah mati.

 

#27 Februari 2022

 


Rian Tap, mahasiswa STFK Ledalero.

Post a Comment

0 Comments