SINOPSIS CERPEN LAKI-LAKI TUA TANPA NAMA KARYA BUDI DARMA
Penulis Sinopsis: Ando Roja Sola, SVD
Fess bukan jalan yang panjang, hanya terdapat tiga rumah yang memiliki loteng dan pekarangan rumah yang cukup luas. Saya (tokoh utama) sedang menyelesaikan proses studi di Bloomington. Saya menyewa sebuah loteng miliki Ny. MacMillan yang sudah lama hidup menjanda. Walaupun saya tinggal di rumah kontrakannya, saya tidak sering berkomunikasi dengannya, jika ada kebutuhan yang mendesak barulah saya diperkenankan untuk berbicara dengan dia. Karena saya tinggal di rumah milik Ny. MacMillan, saya dapat mengenal dua orang janda lainnya yang rumahnya bisa saya lihat dari jendela kamar saya. Mereka adalah Ny. Nolan dan Ny. Casper. Ketiga janda yang tinggal berdampingan dengan saya memiliki sifat yang berbeda-beda, saya hampir saja kesulitan untuk menjalin relasi yang baik dengan mereka. Pada umumnya mereka tidak ingin kalau waktu dan kesehariannya diganggu oleh orang lain apalagi mengurusi kepentingan orang lain. Awalnya saya merasa senang dengan gaya hidup seperti ini, karena saya juga tipe orang yang tidak ingin diganggu dan direpotkan. Tetapi setelah sekian lama saya tinggal di tempat ini, saya mulai merasa kesepian dan tidak bebas. Setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing, bahkan tetangga dekat saya pun tidak mempunyai waktu untuk sedikit bercerita dengan saya.
Rutinitas saya berjalan seperti biasanya, sesekali saya luangkan waktu untuk duduk santai di taman, jalan-jalan ke toko dan menyusuri jalan di kota Bloomington. Hingga suatu saat saya melihat seseorang laki-laki tua sekitar enam puluh lima tahun usianya, tinggal di loteng miliki Ny. Casper. Kehadiran laki-laki tua itu membuat saya penasaran dan ingin sekali berkenalan dengan dia. Laki-laki tua itu memiliki kebiasaan yang agak aneh. Setiap hari ia selalu memainkan pestol di tangannya, sesekali ia membidik ke arah tanah dan menodong-nodong orang-orang yang dijumpainya. Anehnya laki-laki tua itu tidak memiliki nama dan identitas yang jelas. Ada yang bilang kalau dia adalah mantan tentara Perang Dunia II. Karena saya masih belum puas dengan informasi ini, saya berjuang agar bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan dia. Mungkin saja dia bisa menjadi teman akrab selama kami tinggal di kompleks Fess ini.
Usaha saya untuk mengenal laki-laki tua itu selalu gagal. Orang-orang di sekitar saya tampaknya tidak terlalu suka jika saya mencari tahu tentang identitas laki-laki tua itu. Hingga pada suatu hari saat saya baru saja pulang dari Rumah Sakit Mahasiswa, terjadi peristiwa tragis terhadap laki-laki tua dan Ny. Casper. Waktu itu keadaan saya masih belum pulih betul, kepala saya masih pusing-pusing ditambah lagi cuaca dingin karena salju. Saya mendengar teriakan Ny. Casper dengan nada meminta pertolongan. Sementara itu terdengar juga teriakan keras dengan nada mengancam akan menembak dari laki-laki tua itu. Dalam sekali waktu dua nyawa dilahap maut. Ny. Casper meninggal dunia karena terpeleset saat lari untuk menghindari kejaran laki-laki tua. Selain itu laki-laki tua terbaring kaku dengan tubuh berlumuran darah akibat dua kali tembakan dari senjata api milik Ny. Nolan. Ny. Nolan menembak laki-laki tua hingga tak bernyawa karena kekesalannya terhadap laki-laki tua. Peristiwa mengerikan ini langsung ditangani oleh pihak kepolisian. Sementara saya sempat diminta untuk menjadi saksi, tetapi saya menolak. Saya minta untuk kembali ke Rumah Sakit Mahasiswa dengan perasaan sedih karena tidak berhasil mengenal laki-laki tua tanpa nama itu.
Catatan:
Kawan-kawan bisa membaca cerpen Laki-Laki Tua Tanpa Nama dalam buku Budi Darma, Orang-Orang Bloomington (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1980), hlm. 1-20.
0 Comments