MENGENAL BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS: SEBUAH CATATAN AWAL || EL-MICKY

Ilustrasi google.com


MENGENAL BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS: SEBUAH CATATAN AWAL

           

Abstrak

Artikel ini bertujuan menjelaskan biografi dan pemikiran Thomas Aquinas.  Menjelaskan Thomas Aquinas artinya memahami catatan awal hidupnya, misalnya riwayat hidup Thomas Aquinas, proses perjuangan dia tertarik pada kehidupan membiara dan ingin menjadi pelayan Tuhan (imam), segala suka-duka yang dihadapinya dan karya-karya tulisan serta pemikirannya yang sangat bermanfaat bagi perkembangan iman gereja katolik universal. Dalam membahas biografi penulis menggunakan metode studi membaca buku-buku refrensi mengenai Thomas Aquinas dan penulis juga menggunakan sumber-sumber tulisan dari artikel-artikel yang membahas mengenai biografi dan pemikiran Thomas Aquinas. Kontribusi pemikiran Thomas Aquinas sangat penting bagi perkembangan, Teologi Kristen. Thomas Aquinas dengan ketekunannya dalam mempelajari filsafat Aristoteles dan pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh pendahulunya, Plato, Agustinus, Pseudo-Dionysius, para filsuf Arab, Moses Maimonides, Albetus Agung, Marcus Cicero, dan Isidorus dari Seville. Melalui pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh tersebut Thomas Aquinas memperoleh pencerahan baru sehingga pada abad pertengahan beliau menjadi seorang pemikir yang masyhur dengan karya-karya yang bermanfaat bagi Teologi Kristen.

Kata kunci: Biografi, Thomas Aquinas, Pemikiran-Pemikiran Thomas Aquinas

 

Pendahuluan

Salah satu adegium yang terkenal dari Thomas Aquinas adalah “Alam semesta diciptakan untuk kemuliaan Tuhan dan manusia adalah bagian dari alam semesta: manusia ada untuk kemuliaan Tuhan, dan alam semesta materi ada untuk manusia”[1] adegium ini mau menunjukkan bahwa betapa dasyatnya pemikiran Thomas Aquinas. Ia adalah seorang pemikir besar Eropa dari abad ke XIII.  Dia adalah seorang teolog besar dan filsuf abad pertegahan. Prof. Dr. Armando Riyanto dalam kata pengantar pada buku Filsafat Politik dan Hukum Thomas Aquinas karya Dr. Simplesius Sandur, CSE, menjelaskan bahwa filsafat Thomas Aquinas itu “abadi” atau yang dikenal dengan Perennial. Dengan ungkapan demikian, dijelaskan bahwa filsafat thomistik adalah filsafat yang sangat eksis pada masa abad pertengahan. Selain, itu disebutkan juga sebagai periode kejayaan filsafat kristiani. Hal ini disadarkan bahwa pada masa itu, pengaruh metodologis filsafat platonian dan Aristotelian sungguh besar dan nyata. Artinya bahwa konsep Plato dan Aristoteles mengedepankan atau mengutamankan konsep pengertian yang mendalam tentang Recta Ratio (akal budi benar), dan Thomas Aquinas berusaha untuk memaknai konsep akal budi tersebut dalam interpretasi semua karya-karya tulisannya. Filsafat Thomas Aquinas dengan ciri khasnya memberikan semacam kepastian metodologis bagaimana akal budi menggali kebenaran dan mempresentasikan secara sederhana kepada publik[2].

Namun, demikian Thomas Aquinas mendapat silang pendapat atau antitesis dari pihak yang lain, yakni Rene Descartes dalam Critique of Method. Rene Descartes dengan metode barunya berusaha melawan konsep yang telah Thomas Aquinas gaungkan. Namun, dijelaskan bahwa sesungguhnya zaman modern tidak akan ada tanpa Thomas Aquinas, meskipun Rene Descartes berdiri persis berseberangan dengannya. Akhirnya, Rene Descartes tentu saja tidak sekedar mengkritik metodologi Aristoteles dan Thomas Aquinas dalam mencapai kebenaran, tetapi hal demikian berkembang dalam tataran yang lebih luas yaitu memamandang dunia yang membentuk mentalite[3] yang sangat berbeda dengan konsep berpikir Thomas Aquinas dan para pemikir abad pertengahan.

Oleh karena itu, melalui artikel ini, penulis ingin membahas mengenai biografi dan pemikiran Thomas Aquinas serta karya-karya yang sangat berkontribusi bagi perkembangan Teologi Kristen dan tentunya menjadi sumber inspirasi bagi semua generasi yang mengikutinya. Karya-karya Thomas Aquinas memberi pencerahan bagi perkembangan filsafat abad pertengan dan teologi katolik.

Metode Penelitian

Dalam menyusun artikel ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan dan analisis interpretasi pemikiran Thomas Aquinas. Penulis mengumpulkan data-data melalui studi pustaka, buku-buku dan artikel-artikel sumber tulisan yang membahas mengenai biografi dan pemikiran Thomas Aquinas kemudian menginterpretasikan semua konsep-konsep dan mendeskripsikan dalam artikel ini.

Biografi Thomas Aquinas

Santo Thomas Aquinas lahir di Kastil Roccassecca. Tidak jauh dari Napoli, pada akhir tahun 1224 atau 1225, Thomas Aquinas terlahir dari pasangan Pangeran Landulf, keturunan Aquino dan Theodora, Keluarganya merupakan penganut agama Khatolik yang taat. Latar belakang ini ikut menentukan latar belakang pendidikan dan tujuan hidupnya. Pada umur 5 tahun dia ditempatkan oleh orang tuanya di Biara Benediktin di Monte Casino sebagai Oblate (orang yang secara khusus didedikasikan untuk Tuhan atau pelayan Tuhan). Di sanalah dia menjalani studi pertamanya. Namun pada tahun 1230-1239 ketika kaisar Frederick II mengusir para biarawan, dia kembali ke keluarganya selama beberapa bulan dan kemudian pergi ke Universitas Napoli. Pada umur 14 tahun benih panggilan yang ada di dalam hati Thomas Aquinas mulai mekar kembali. Dia berkeinginan untuk masuk ordo Biarawan Dominikan. Dia tertarik dengan kehidupan para biarawan Ordo Dominikan. Namun, langkah ini tidak disetujui oleh keluarga dikarenakan keluarganya hanya menginginkan dia masuk Biara Benediktin sebagai langkah preferensi gerejawi. Oleh pertentangan itu, pemimpin Ordo Biara Dominikan memutuskan untuk membawa Thomas Aquinas ke Bologna. Disana dia sendiri menghadiri kapitel umum, dan kemudian mengirimnya ke Universitas Paris. Namun, Thomas diculik oleh saudara-saudaranya dalam perjalanan dan ditahan di Aquino selama sekitar satu tahun. Tetapi tekad yang kuat dan tetap setia pada ordo sehingga Thomas Aquinas bisa berhasil pergi ke Paris pada tahun 1245, berkat restu dari orang tuanya.[4]

Dijelaskan juga bahwa ketika Thomas Aquinas berhenti dari Biara Benediktin karena persoalan pergantian pemimpin biara, dia sudah mengucapkan kaul pertamanya. Namun karena tidak ada dokumen yang pasti mengenai pengucapan kaul itu, Thomas Aquinas tidak pernah menjadi seorang petapa disana. Karena kaul itu belum merupakan sebuah keputusan pribadi, dia masih bebas untuk menerima komitmen yang ditawarkan keluarga untuk suatu cara hidup yang lain. Thomas Aquinas akhirnya didaftarkan pada Stadium Generale, Napoli, yang dikhususkan bagi kaum muda. Stadium ini didirikan oleh Fredetick II tahun 1224, dengan tujuan mendidik kaum muda sehingga suatu saat mereka membantu dan kerja dalam kerajaannya. Thomas belajar tentang filsafat, seni sebagai suatu persiapan sebelum belajar teologi. Disana juga Thomas mulai mengenal filsafat pemikiran Aristoteles.[5]

Ketika dia melaksanakan studi di Paris sangat tekun dalam mempelajari ilmu selama menempuh pendidikan membawanya menjadi seorang Doktor dalam bidang teologi dari Universitas Paris. Dia kemudian mendapat kepercayaan untuk mengajar disana sampai dengan tahun 1259 M. Selanjutnya dia aktif menjadi biarawan di beberapa Biara Dominikan, Roma, Italia selama kurang lebih sepuluh tahun atau hingga sekitar tahun 1269 M. Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah bidang filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio, Roma, dan Vitebro. Selanjutnya, dia kembali ke Paris selama tiga tahun sebelum dia dipanggil ke Naples guna mengemban tugas yang sama dan peran tambahan sebagai pendiri sekolah Dominican disana pada tahun 1272 M. St. Thomas Aquinas, seorang teolog yang terkenal pada era abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M. Pemikirannya tidak lenyap seiring dengan kepergiannya dari dunia fana, tetapi tetap melegenda dan senantiasa masih digunakan sebagai rujukan bahkan pada masa kini.[6]

Pemikiran Thomas Aquinas

Thomas Aquinas adalah seorang imam, tokoh teolog dan filsuf yang sangat termasyhur. Pemikiran-pemikiranya memberikan pencerahan pada abad pertengahan. Filsafat Aquinas dihubungkan erat sekali dengan teologi. Dengan demikian Aquinas menyimpulkan adanya dua macam pengetahuan yang tidak saling bertentangan, tetapi yang berdiri sendiri-sendiri secara berdampingan, yaitu: Pertama, pengetahuan alamiah, yang berpangkal pada akal yang terang serta memiliki hal-hal yang bersifat insani umum sebagai sasarannya. Kedua, pengetahuan iman, yang berpangkal dari wahyu dan memiliki kebenaran illahi.[7] Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya merupakan tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa.[8]

Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme, Essentia dan Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat tentang makhluk murni, filsafat jiwa, dan Etika

1.      Thomisme

Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, dalam artikelnya Thomas Aquinas dan pemikirannya menjelaskan bahwa istilah Thomisme adalah aliran filsafat yang dicetuskan sebagai hasil pemikiran St.Thomas Aquinas, seorang imam Khatolik yang saleh. Kata”thomisme” berasal dari Summa Theologica, salah satu dokumen paling berpengaruh dalam filsafat abad pertengahan dan terus dipelajari oleh generasi penerus, bahkan generasi sekarang. Prabaningrum mengingatkan bahwa ajaran Gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa dasar-dasar filosofis dasar utama tesis 'Thomas. St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani, Romawi, Yahudi, dan Muslim.[9] Filsafat Thomas Aquinas pada dasarnya realis dan konkret. Hal ini karena Thomas Aquinas mengadopsi pernyataan Aristoteles bahwa studi filsafat atau metafisika pertama adalah adalah tentang ada (being), tetapi sangat jelas bahwa tugas yang dia tentukan sendiri adalah penjelasan tentang wujud yang ada, sejauh ini dapat dicapai oleh pikiran manusia. Artinya bahwa dia, tidak mengandaikan gagasan yang darinya realitas dapat disimpulkan, tetapi dia mulai dari dunia yang ada dan bertanya eksistensinya dan bagaimananya kondisi eksistensinya. Dalam pengertian ini, adalah benar untuk mengatakan bahwa thomisme adalah filsafat “eksistensial”. Pemikiran Thomas Aquinas berkonsentrasi pada eksistensi tertinggi, pada ada yang tidak hanya memiliki eksistensi, tetapi eksistensinya sendiri. Telah dipertahankan bahwa Thomas Aquinas membawa esse ke garis depan tahap filosofis, maju melampaui filosofi essensi terutama di luar Plato dan filosofi dari inspirasi platonis.[10]

 

2.      Essentia dan Exentia.

Pandangan Aquinas tentang konsep Tuhan adalah actus yang paling umum, Actus Purus (aktus murni). Menurutnya Tuhan itu sempurna keberadaannya, tidak berkembang, karena pada Tuhan tiada potensi. Di dalam Tuhan segala sesuatu telah sampai pada perealisasiannya yang sempurna. Tuhan adalah aktualitas semata-mata, oleh karena itu pada Tuhan hakikat (essentia) dan keberadaan (existentia) ada sama dan satu (identik). Hal ini tidak berlaku bagi makhluk ciptaannya. Hal itu disebabkan keberadaan makhluk adalah sesuatu yang ditambahkan pada hakikatnya.[11]

3.      Argumen Kosmologi

Hal mengenai argumentasi kosmologi ini dijelaskan secara eksplisit dalam artikel Thomas Aquinas dan pemikirannya. Ajaran atau filsafat Thomas Aquinas yang ketiga adalah argumen kosmologi dan biasa disebut teologi naturalis. Dalam kosmologi, Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang mereka miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal terrsebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya. St. Thomas Aquinas menyampaikan 5 bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut:

a. Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah Allah.

b. Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.

c. Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Jika segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.

d. Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.

e. Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah

Dari kelima bukti di ats, kita dapat mengetahui bahwa ada suatu tokoh yang menyebabkan adanya segala sesuatu, tokoh/actus yang berada karena diriNya sendiri, yaitu Tuhan (Allah), tetapi semua itu tidak dapat membuktikan hakikat Allah yang sebenarnya kepada manusia. Para insan tahu sebatas bahwa Allah ada tanpa mengetahui wujud riil-Nya. Namun, pada dasarnya para manusia memang memiliki beberapa pengetahuan filsafat tentang Allah. Berpijak pada keyakinan dan kenyatan bahwa manusia mempunyai kelebihan yang membedakan mereka dengan makhluk lain, yaitu akal, St. Thomas Aquinas berpendapat bahwa terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia untuk mengenal Tuhannya. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:

 1. Segala makhluk sekadar mendapat bagian dari keadaan Allah. Hal ini mengakibatkan, bahwa segala yang secara positif baik pada para makhluk dapat dikenakan juga kepada Allah (via positiva).

2. Via Negativa, merupakan kebalikan dari teori pertama. Disebabkan oleh adanya analogi keadaan yaitu segala yang ada pada makhluk tentu tidak ada pada Allah dengan cara yang sama

3. Jadi ada yang baik pada makhluk tentu berada pada Allah dengan cara yang jauh melebihi keadaan pada para makhluk itu (via iminentiae).[12]

 

4.      Penciptaan

Taufik dalam artikelnya filsafat barat era skolastik telaah kritis pemikiran Thomas Aquinas menjelaskan bahwa, Pemikiran filsafat Thomas Aquinas yang tidak kalah penting dari yang lain adalah filsafat tentang teori penciptaan. Filsafat ini tidak lepas dari ajaran tentang partisipasi, dasar yang dia terima dari Agustinus-Neoplatonisme. Namun, demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara pemikiran kedua tokoh tersebut. Ajaran Neoplatonisme menekankan emansipasi makhluk, sedangkan ajaran Thomas Aquinas menekankan pada kelebihan Allah, yaitu murni karya penciptaan Allah yang menyebabkan keberadaan dunia seisinya. Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan berkelanjutan. Adapun makluk-makhluk dan benda-benda ciptaan-Nya bersifat fana. Dari kekekalan, Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Penciptaan yang terjadi secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. Dengan demuikian tidak ada dualisme Allah dan para makhluk-Nya, seperti manusia dan alam semesta.[13] Thomas Aquinas melihat bahwa tuhan adalah cuasa pertama dunia. Tuhan mencipta dari ketidaan, ex nihil. Kekuasan penciptaan adalah prerogratif tuhan semata dan tidak dapat disampaikan kepada makhluk apa pun.[14]

5.      Makhluk Murni

Taufik menjelaskan bahwa, Dalam teori filsafat ini, para malaikat yang merupakan makhluk rohani yang murni juga tersusun dari essentia dan exentia. Malaikat-malaikat itu berwujud roh (essentia/hakikat) dan bereksitensi. Hakikat dan eksisitensi para malaikat membedakan mereka dengan makhluk-makhluk lain seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Karena para malaikat tidak mempunyai potensi untuk berkembang sebagaimana makhluk hidup ciptaan Allah yang lain, mereka tidak mempunyai susunan materi, bentuk, potensi dan aktus, para malaikat tidak memiliki jasad, hanya ruhlah yang menjadi essentia (hakikat) mereka.[15]

6.      Jiwa

Pada bahasan teori filsafat tentang makhluk murni menekankan pada hakikat dan eksistensi para malaikat, sementara pada filsafat Jiwa, hal yang ditekankan adalah hakikat dan eksistensi manusia. Menurut teori ini, manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan tersusun atas bentuk dan materi. Manusia memiliki jiwa atau ruh dengan tubuh/jasad sebagai bentuknya. Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi. Sehingga, manusia memiliki dua hal yang menyatu sebagai pembentuk diri, yaitu pembentuk jassmani dan rohani mereka. Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan sebagai berikut: a. Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan penggantian zat dan pembiakan. b. Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah keinginan manusia. c. Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena pengaruh jiwa. d. Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan dan mewujudkan perubahan. e. Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling mereka dipengaruhi oleh jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan.[16]

7.      Etika Teologis

Tidak terlepas dari hubungan dan kehidupan manusia, filsafat etila teologis yang disampaikan oleh Santo Thomas Aquinas ini mengajarkan tentang moral. Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai individu maupun kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau diturunkan dari tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Menurut Thomas Aquinas tindakan yang mengerakkan manusia kepada tujuan akhir berkaitan dengan kegiatan manusiawi bukan dengan kegiatan manusia. Perintah moral yang paling dasar adalah melakukan yang baik, menghindari yang jahat. Berbeda dengan khalayak pada era kehidupannya, St. Thomas Aquinas menganut pola pikir dan metode induktif. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja. Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat, manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri dan jiwa mereka. Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua nafsu adalah baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dan tidak mendukung akal serta kehendak. Kejahatan selalua ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal tersebut dapat menghasilkan kebajikan. Pandangan St.Thomas Aquinas mengenai peraturan menunjukkkan kelebihan etika filsafat yang dia sampaikan dibandingkan dengan etika teolog yang lain.[17]

Penutup

Sebuah Catatan kritis

Dengan mempelajari biografi dan pemikiran Thomas Aquinas ada beberapa poin yang perlu menjadi catatan kritis bagi setiap kita yang mendalami konsep pemikiran Thomas Aquinas. Pertama, penulis melihat dari niat dan motivasi yang luar biasa dari Thomas Aquinas yang terus belajar tanpa menyerah. Hal ini boleh dilihat dari perjuangan dari Thomas Aquinas sendiri setelah berhenti dari biara benediktin. Dan dia ingin masuk biara dominikan, panggilan kembali mekar dia tetap semangat dan kuat menempuh jalan panggilannya di biara dominikan meskipun awalnya tidak direstui keluarga. Semangat dan ketekunan dari Thomas Aquinas ini menjadi sebuah catatan kritis bagi kita. Apakah kita dapat seperti Thomas Aquinas? Kedua, ketekunan dalam mencipta hal baru. Ketekunan Thomas Aquinas dalam mempelajari filsafat sehingga dia dapat menghasilkan banyak karya yang sangat masyhur bagi kepentingan teologi Kristen dan juga secara universal. Semangat ketekunan Thomas Aquinas memberi arti bagi hidup kita untuk berani mencipta terobosan baru, sejauh terobosan itu memberi dampak positif bagi orang lain. Ketiga, Thomas berani dikritik. Thomas Aquinas sebagaimana dalam dijelaskan di atas bahwa banyak memperoleh kritik karena membaptis konsep Aristoteles ke dalam teologinya. Misalnya Rene Descartes tokoh filsuf modern yang sama sekali tidak menerima konsep pemikiran dari Thomas Aquinas. Apakah kita mampu dan kuat untuk dikritik? Orang yang berkembang bukan semata-mata karena dirinya sendiri melainkan karena mendapat kritik dan masukkan dari banyak orang.  


Biodata

El-Micky nama pena dari Miki Moruk berasal dari Malaka. Mencintai menulis Arikel ilmiah dan tulisan sastra. Sedang menjalani Studi Filsafat di Institut Filsafat dan Teknlogi Kreatif Ledalero-Maumere. Semester V. Kini tinggal di Wisma St.Agustinus. Seminari Tinggi St.Paulus Ledalero

_______________________________

DAFTAR PUSTAKA

Sandur, Simplesius. 2019. Filsafat Politik dan Hukum Thomas Aquinas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 

Copleston, Frederick. 2021. Filsafat Santo Thomas Aquinas. Renanda Yafi Atolah, Tej. Yogyakarta: Penerbit Basa-Basi.

Prabaningrum, Dwi Pujianingtyas. 2012.  “Tokoh Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan Thomas Aquinas Biografi dan Pemikirannya”   Downloads/thomas-aquinas1_ed_ (1).pdf, diunduh pada 25 Maret, 2022.

Taufik, Muhammad. 2020. “Filsafat Barat Era Skolastik Telaah Kritis Pemikiran Thomas Aquinas” Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol. 19, No. 2. Pdf. FILSAFAT_BARAT_ERA_SKOLASTIK_Telaah_Kritis_Pemikir.pdf, diunduh pada 25 Maret, 2022.

Sejarah mentalitas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



[1] Frederick Copleston, Filsafat Santo Thomas Aquinas, terj. Renanda Yafi Atolah (Yogyakarta: BASA-BASI, 2021), hlm. III. 

[2] Dr.Simplesius Sandar, CSE, Filsafat Politik dan Hukum Thomas Aquinas, (Yogyakarta: penerbit kanisius), hlm. 1-3.

[3] Sejarah mentalitas atau histoire des mentalités (Bahasa Prancis: 'sejarah sikap') adalah bidang kajian sejarah yang bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisa cara-cara manusia dari periode tertentu berpikir, berinteraksi, dan mengklasifikasikan dunia di sekitar mereka. Berkebalikan dengan sejarah peristiwa tertentu atau kecenderungan ekonomi. Sejarah mentalitas telah digunakan sebagai alat sejarah oleh beberapa sejarawan dan cendekiawan dari berbagai aliran sejarah. Khususnya, sejarawan dari aliran Annales membantu mengembangkan sejarah mentalitas dan membangun metodologi yang digunakan. Dalam membangun metodologi ini, mereka berusaha membatasi analisis mereka ke lingkup wilayah dan waktu tertentu.[1]:7 Pendekatan ini cocok untuk kajian intensif yang menjadi ciri khas sejarah mikro, bidan lain yang mengadopsi sejarah mentalitas sebagai alat analisis sejarah.

[4] Frederick Copleston, op.cit hlm. 2-3.

[5] Dr.Simplesius Sandar, CSE, op. cit. Hlm.21

[6]Dwi Pujianingtyas Prabaningrum 2012.  “Tokoh Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan Thomas Aquinas Biografi dan pemikirannya, online.  Hlm. 2.  

[7] Muhammad Taufik 2020. “Filsafat Barat Era Skolastik Telaah Kritis Pemikiran Thomas Aquinas” Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol.19, No. 2. Online, hlm. 7

[8] Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, op.cit. Hlm. 2.

[9] Ibid

[10] Frederick Copleston, op.cit hlm. 15-16.

[11] Muhammad Taufik, op.cit. Hlm. 8.

[12]Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, op.cit. Hlm. 3-4.

[13] Muhammad Taufik, op.cit. Hlm. 9.

[14] Frederick Copleston, op.cit. Hlm 131-135

[15] Muhammad Taufik, loc.cit

[16] Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, op.cit. Hlm. 5.

[17] Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, loc.cit.

Post a Comment

0 Comments