Ibarat kumpulan lidi-lidi menjadi satu ikatan sapu lidi pasti sulit dipatahkan karena kuat dan ketika digunakan untuk mengumpulkan daun-daun kering pasti cepat karena banyak. Inilah analogi sebuah kebersamaan dan kekompakan. Aroma natal sudah tercium. Ketika menyalakan lilin adven keempat, natal seperti sudah di depan mata. Hal ini juga dapat dirasakan di melalui lagu-lagu natal yang sudah berkumandang, banyak orang yang sudah mulai menyanyi kembali lagu-lagu natal dulu, atau menyanyi dengan versi kreasi mereka. mulai dari pop rohani sampai lagu liturgi. Bukan hanya melalu alunan musik natal, bisa juga terlihat secara fisik pohon-pohon natal, kandang natal, hiasan-hiasan yang bertulis Merry Christmas and Happy New Year. Natal terasa dekat di hati. Aroma natal sudah tercium.
Pagi itu, awan tampak mendung, namun belum turun gerimis, yang ada hanya sisa gerimis malam yang masih menempel di dedaunan, rerumputan dan tanah yang basah menjadi tanda nyata gerimis tadi malam. Namun, semangat bagi Para Frater Wisma St. Agustinus secara khusus tingkat dua, yang diketuai oleh Frater Zaldi, tetap bersemangat memotong bambunya. Ada dua kebahagiaan yang nampak, kebahagiaan dalam kebersamaan dan kebahagiaan karena sudah menyelesaikan ujiannya. Bambu yang dipotong tersebut digunakan untuk membuat Kandang Natal di depan Wisma dan memperbaiki pagar di depan yang sudah lapuk dan rusak. Kegembiraan, canda tawa, bersenda gurau membuat suasana di Kebun Bambu milik Dede Eto, terasa hangat dalam kebersamaan. Semua akan terasa ringan, terasa indah ketika dalam kebersamaan kita satu. Prinsip inilah yang kami hidupi dan hayati sehingga kami bisa menyelesaikan pekerjaan ini. Bambu-bambu yang sudah kami potong, akhirnya bisa dibawa sampai wisma. Meskipun kami harus melewati medan memikul bambu, menanjak area di belakang rumah Dede Eto tetapi semuanya berjalan dengan baik. Kebersamaan yang hangat adalah solusinya, kekompakan dan kerja sama adalah solusinya. Mungkin karena itu juga gerimis enggan turun.
Merangkai kandang natal, memetik makna kebersamaan. Seperti biasa menjelang natal pengurus dekorasi komunitas Fratres mengadakan lomba merangkai kandang natal. Sehingga kesibukan yang harus dilakukan adalah membuat kandang natal. Sebagaimana tertulis dalam surat undangan untuk setiap wisma berpartisipasi mengikuti lomba kandang natal ini, Frater Candra selaku ketua dekorasi komunitas menyatakan tema lomba merangkai kandang natal kali ini “Natal: kesukacitaan dalam kesederhaan” melalui refleksi tema ini, makna yang mau dipetik adalah dalam kesederhanan cinta selalu bertumbuh, dalam kesederhanaan kebersamaan terangkai. Kesederhanaan dalam cinta dan persaudaraan. di samping itu frater candra menyampaikan untuk setiap anggota wisma sedemikian rupa mendesain kandang kandang natal secara kreatif, menggunakan bahan-bahan daur ulang. Sentuhan demi sentuhan kandang natal terbentuk. Kebersamaan dan kekompakan dalam jiwa persaudaraan, dalam jiwa satu komunitas semua dapat mungkin dan bisa.
Ibarat kumpulan lidi-lidi menjadi satu ikatan sapu lidi pasti sulit dipatahkan karena kuat dan ketika digunakan untuk mengumpulkan daun-daun kering pasti cepat karena banyak. Inilah analogi sebuah kebersamaan dan kekompakan.
Frater Ivan, selaku ketua dekorasi Wisma St. Agustinus, mengatakan bahwa kebersamaan anggota seksi dan teman-teman semua, akhirnya apa yang tidak mungkin semuanya bisa mungkin. “Intinya kita semua mengalami sentuhan tangan dalam merangkai kandang natal kecil ini, inilah kebersamaan, inilah persaudaraan kita”
“Dalam persaudaraan tak kenal kata usai, yang ada hanya abadi” Frater Yanto Lele menambah ketika hendak memberi komentar tentang makna natal dan makna persaudaraan satu komunitas.
Frater Lois, selaku ketua Staf Wisma St. Agustinus, mengucapkan terima kasih kepada pengurus seksi dekorasi wsima, Frater Ivan, Frater Doni, sebagai peletak ide dasar dalam merangkai kandang natal dan pohon natal sederhana ini.
“Terima kasih untuk para pengurus seksi dekorasi, teman Ivan dan Doni sebagai peletek ide dasar membuat kandang natal dan pohon natal sederhana ini dan terima kasih juga untuk kita semua dalam mengambil bagian kebersamaan ini.”
“Semoga makna natal dalam kesederhanaan ini, kita selalu tersenyum berbagi kasih dan menguatkan motivasi panggilan serta persaudaraan kita” tambah Frater Lois.
Kandang natal yang sederhana ini, dirancang di atas kolam ikan depan wisma. Ada tambahan yang menarik dalam kandang natal sederhana tersebut yakni mengenai “Jembatan”
Sebagai dasar filosofis dan makna terdalamnya, Frater Ibe, menjelaskan bahwa jembatan ini mempunyai unsur makna terdalam. Secara internal unsurnya adalah sebagai penghubung manusia sampai kepada Tuhan. Manusia membutuhkan “Jembatan” untuk sampai kepada Tuhan. “Jembatan Kasih”, yakni Yesus sendiri. Yesus sebagai “Jembatan Kasih”, sebagai Jembatan keselamatan. Jalan kehidupan abadi. Secara eksternalnya, kita melihat dalam kehidupan nyata bahwa terkadang banyak orang miskin, mereka yang pemulung, tidak mempunyai tempat tinggal tetap biasannya menjadikan kolong jembatan sebagai tempat teduh mereka paling ternyaman. Hal ini yang mau kita refleksikan untuk selalu tenggang rasa dan solider dengan sesama yang menderita. Atau makna lainnya selalu memperjuang hidup dalam kederhanaan yang halal dan damai.
Pater Ito Dhogo, SVD, selaku Prefek Wisma St. Agustinus selalu mendukung dan memberi apresiasi bagi kami anggota wisma (unit) yang ingin mengembangkan bakat dan kemampuan kami. Satu hal yang pater inginkan dari kami adalah keterbukaan dalam diri kami dan “memberi diri”. Artinya kesetiaan dan kerelaan untuk berbagi dalam kebersamaan komunitas. “Saya selalu mendukung kamu, kalau kamu selalu terbuka, memberi diri untuk komunitas ini” pesan dari pater yang menjadi pedoman bagi proses perkembangan hidup panggilan kami.
"KAMI ANGGOTA WISMA ST. AGUSTINUS LEDALERO MENGUCAPKAN SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA NATAL 2022 DAN TAHUN BARU 2023, SEMOGA DAMAI NATAL DAN HARAPAN DI TAHUN YANG BARU MENJADIKAN KITA TERANG KEHIDUPAN BAGI SESAMA”
0 Comments