OPINI APHING SUWARDI-PERSOALAN PEMBANGUNAN INDONESIA DI ERA JOKOWI DALAM PERSEPEKTIF AMARTYA SEN

 

pixabay.com

Pembangunan Indonesia di Era Jokowi dalam Perspektif Amartya Sen


Pengantar

Sejak awal mula kemerdekaan Indonesia, pembangunan dirancang untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia. Tujuan konkret dari pembangunan tersebut ialah mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik secara politis maupun ekonomis. Tidaklah mudah bangsa Indonesia melakukan pembangunan dengan situasi yang masih chaos. Tentunya pembangunan harus disesuaikan dengan segala situasi yang terjadi saat itu.

Banyaknya penduduk di Indonesia menjadi modal penting bagi pelaksanaan pembangunan di setiap daerah di Indonesia. Jumlah penduduk dan sumber daya alam Indonesia sangat besar dan bisa mendukung keberhasilan pembangunan. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia nyatanya belum merasa sejahtera. Sebab, tujuan pembangunan belum tercapai dan masih banyak kendala yang dihadapi masyarakat Indonesia. Misalnya, pembangunan infrastruktur belum merata di pelosok tanah air, khususnya di luar Jawa. Di samping itu, jika kita berbicara tentang sumber daya manusia yang ada, kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak sesuai yang diharapkan. Dengan kata lain, kapabilitas manusia Indonesia itu rendah dan kurang bisa mendukung pelbagai model pembangunan di Indonesia.

Malangnya, pembangunan di Indonesia selama ini masih dan selalu dikaitkan dengan hal yang ekonomis dan pembangunan infrastruktur. Misalnya, dalam kaitannya dengan pendapatan negara, peningkatan pendapatan per kapita atau gross domestic pro duct (GDP) selalu dijadikan sebagai ukuran pembangunan yang stabil.

Orientasi pembangunan semacam itu dikritik oleh Amartya Sen. Dalam buku Development as Freedom (Amartya Sen 1999:3), orientasi pembangunan semacam itu penting, tetapi hal yang lebih penting ialah hak sipil dan politis di dalam satu keputusan bersama. Dalam hal ini, Sen tidak menampik eksistensi pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Namun, pembangunan yang menurut Sen lebih penting diperhatikan oleh negara ialah pembangunan kapabilitas manusia di dalam suatu negara.

 

 Baca juga:Pandangan Solipsisme

Persoalan Pembangunan di Indonesia

Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia terus berusaha untuk menggapai kemajuan dan perkembangan di segala aspek kehidupan manusia Indonesia. Demi menggapai kemajuan dan perkembangan itu, Indonesia berupaya membangun segala macam hal, seperti infrastruktur, kehidupan ekonomi, stabilitas politik, sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Pembangunan-pembangunan itu sudah dimulai sejak lama dan menjadi lebih gencar di era Jokowi, yakni sejak tahun 2014 sampai saat ini.

Dengan mengusung slogan “pembangunan dari desa”, Jokowi berusaha membangun Indonesia dari pinggiran. Bagai oase di tengah padang gurun, gebrakan Jokowi ini disambut gembira oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Indonesia Timur dan pelbagai daerah pinggiran lainnya di Indonesia. Ada banyak masyarakat yang senang ide, gagasan, dan inisiatif dari Presiden Ketujuh ini.

Malangnya, prioritas pembangunan Jokowi di Indonesia tidak seimbang antara pembangunan infrastruktur dan ekonomi dengan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Jokowi lebih memperhatikan pembangunan infrastruktur dan ekonomi.

Pada titik ini, pembangunan yang dibuat Jokowi itu lebih pragmatis. Artinya, dia mementingkan prinsip “asal jadi”, sehingga janji kampanye yang pernah dia sampaikan benar-benar terealisasi. Dia tidak mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas pembangunan itu karena prioritasnya ialah pemenuhan visi misi yang telah diumbarnya. Dengan memenuhi janji politiknya secara nyata, masyarakat menjadi senang dan bangga dengan dia karena mampu memenuhi janji politiknya. Apalagi kalau masyarakat hanya melihat kinerja Jokowi dari hal-hal yang tampak di permukaan saja. Di sini, Jokowi kurang memiliki idealisme yang baik dalam merencanakan dan mewujudkan pembangunan. Dia tidak menggunakan idealisme akan pembangunan yang seimbang antara pembangunan fisik dengan pembangunan mental manusia.

Akibatnya, ada banyak pembangunan infrastruktur yang tidak tepat sasar. Ada banyak pembangunan infrastruktur yang terbengkalai karena tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan, waduk yang dibangun untuk mengairi lahan pertanian misalnya malah dijadikan sebagai tempat pariwisata saja oleh masyarakat. Sebab, masyarakat Indonesia sudah enggan bekerja sebagai petani dan hanya mau bekerja di kantor-kantor. Dengan demikian, semegah apa pun infrastruktur dibangun, tetapi kalau mental dan sumber daya manusia masyarakat tidak diperhatikan, infrastruktur dan kemajuan ekonomi yang dicita-citakan akan sia-sia.

Oleh karena itu, hemat penulis, untuk mencegah kemungkinan buruk itu, pembangunan yang perlu diprioritaskan oleh Jokowi saat ini ialah pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Hal ini bertujuan supaya rencana, proses, dan upaya pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang kurang baik dan urgen bisa diminimalisasi. Di samping itu, tujuan dari semuanya itu ialah jika mental dan sumber daya manusia Indonesia sudah mapan, pembangunan infrastruktur dan ekonomi akan berdaya guna bagi seluruh hidup masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, kematangan mental dan sumber daya manusia dapat membantu masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan secara baik dan benar semua fasilitas dan infrastruktur, serta perkembangan ekonomi yang sudah diperjuangkan oleh negara.

Teori Kapabilitas

Amatya Sen, dalam Todaro dan Smith (2015) mendefinisikan kapabilitas sebagai kebebasan yang dimiliki seseorang dalam halnya dengan fungsi pilihan dan perintah atas komoditas. Karena standar kesehatan dan pendidikan yang buruk maka para ekonom pembangunan menitik berat kan pada aspek kesehatan dan pendidikan yang ditujukan kepada Negara-negara yang kurang memperhatikan masalah ini, meskipun memiliki pendapatan yang tinggi.

Dalam pandangan Sen, kapabilitas seseorang merupakan kombinasi pelbagai kemungkinan manusia yang bisa ia peroleh untuk menjalankan fungsi dalam hidupnya. Kapabilitas dengan kata lain adalah bentuk kebebasan untuk mencapai berbagai pilihan dalam mejalankan fungsi hidup. Hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa idea kapabilitas bertitik tolak dari dua pengandaian fundamental. Misalnya manusia memiliki kemungkinan dan hak untuk menentukan diri bagaimana dia hidup. Dalam konteks ini kebebasan tidak boleh dipandang sebagai sarana untuk sebuah tujuan yang lain seperti seperti kesejahteraan material. Dalam pandangan Sen kebebasan merupakan tujuan semua jenis pembangunan.

Pembangunan merupakan proses yang membebaskan manusia dari semua jenis ketidakbebasan. Misalnya, bencana kelaparan, kondisi kekurangan gizi, ketiadaan air bersih, buruknya kondisi kesehatan dan ketiadaan jaminan kesehatan, pembungkaman kebebasan politik, penginkaran hak-hak dasar, ketiadaan akses pendidikan, kemiskinan, dan intoleransinsik. Namun kebebasan tidak diartikan sebagai paham liberalisme. Kebebasan cukup dipahami sebagai bebas dari paksaan pihak lain dan juga kebabasan untuk mencapai sesuatu yang dianggap bernilai.

Sen mamahami kebebasan dalam dua aspek yakni aspek kesempatan dan juga proses. Kedua aspek ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi pembangunan. Kebebasan yang baik adalah ketika manusia mendapat kesempatan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Artinya itu sangat bernilai dan juga bermanfaat. Kesempatan dalam kebebasan membantu memperkuat kemampuan kita dalam menentukan kehidupan yang ingin dicapai. Kebebasan seperti ini biasa disebut sebagai kebebasan substantif atau kapabilitas. Dalam pandangannya tentang kebebasan dalam aspek proses, yang ditekankan di sini adalah kebebasan yang lebih memperhatikan proses memilih atau pengambilan keputusan. Artinya keputusan itu diambil dengan bebas bukan karena pakasaan dari pihak lain.

Kedua aspek kebebasan ini menekankan konsep kapabilitas sebagai ide utama Sen. Hal ini dikarenakan dengan pendekatan kapabilitas, Sen memberikan catatan terhadap pendekatan ekonomi yang melihat kemajuan manusia dari pendapatan per kapita. Hal yang menjadi ukuran utama adalah melihat kualitas hidup manusia pada kapabilitas diri yakni sejauh mana seseorang memiliki kemampuan untuk meraih susuatu yang dianggap bernilai dan bermanfaat.

Sen kemudian memahami bahwa kapabilitas harus dicapai dan diimplementasikan oleh pemerintah guna menjaga marabat para warganya. Mengimplematasikan kapabilitas bagi setiap orang merupakan upaya untuk memperlakukan manusia sebaai tujuan, dan bukan sarana bagi yang lain. Melalui kapabilitas, kita mampu mengatasi masalah ketidakmampuan secara lebih efektif.

Transformasi Paradigma Pembangunan

Konsep kapabilitas Amartya Sen menandai paradigma dalam memandang kesejahteraan seseorang. Lazimnya, kesejahteraan seseorang dapat dinilai dan diukur dari pendapatan dan utilitas. Paradigma kapabilitas menyajikan sudut pandang baru dengan menekankan dimensi “eksistensial”, di mana kesejahteraan ditakar dari seberapa luas ruang kebebasan dan kesempatan aktual yang tersedia bagi seseorang untuk mencapai dan memilih hidup yang bernilai dan bermakna. Dengan kata lain, kesejahteraan terutama bukanlah seberapa banyak kekayaan dan kekuatan finansial atau material yang dimiliki, melainkan seberapa besar lingkup kapabilitas yang tersedia bagi seseorang. Dengan kapabilitas yang baik, seseorang dapat mengembangkan kehidupan yang layak dan bermakna dengan orang lain dalam kebersamaan. Selain itu, konsep kapabilitas Sen menandai peralihan penting dalam melihat kesejahteraan seseorang bukan hanya dalam kategori dan ukuran ekonomi semata, melainkan mencakup ruang lingkup yang lebih luas seperti dimensi sosial, politik, dan budaya.

Paradigma pembangunan berkonsentari dari bawah ke atas. Artinya pembangunan dimulai dari manusia baru kemudian membangun infrastruktur. Hal ini dapat kita lihat dalam undang-undang yang telah disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi sebanyak dua kali, yaitu undang-undang No 22 tahun 1999  menjadi undang-undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah serta undang-undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional (bunghatta.ac.id, 20/05/2005). Pembangunan dari bawah ke atas yang di maksudkan di sini ialah pembangunan kapabilitas diri manusia.

Hal ini juga ditandai dengan peralihan paradigmatis tentang konsep pembangunan Sen, yakni pembangunan yang berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia. Hal ini menjadi urgen karena tujuan akhir dari pembangunan ialah meningkatkan harkat dan martabat manusia. Di samping itu, tujuan lain dari pembangunan ialah memperluas pilihan-pilihan manusia. Hal ini kita bisa lihat dari dua sisi: Pertama, pembentukan kapabilitas yang berfungsi bagi hidup manusia tercermin dalam kesehatan serta pengetahuan dan keahlian yang meningkat. Kedua, dengan pembentukan kapabilitas, manusia dapat menggunakan kemampuannya untuk bekerja dan aktif dalam berbagai kegiatan baik kegiatan budaya, sosial, maupun politik. Hal ini menjadi langkah yang baik untuk membangun kesejahteraan bangsa Indonesia.

Satu hal yang perlu diketahui dan diingat oleh Negara dalam menjalankan pembangunan ialah bahwa pembangunan itu harus dilakukan dengan komprehensif dan berlandaskan pada demokrasi, yaitu pembangunan yang berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pembangunan semacam ini merupakan pembangunan demokratis. Dengan begitu, kemampuan masyarakat akan meningkat, baik itu kemampuan yang berkaitan dengan kreativitas maupun produktivitas, sehingga masyarakat dapat menjadi agen pembangunan yang berkualitas pada saat ini dan di masa-masa yang akan datang.

Pembangunan yang bersumber pada manusia menjadi penting karena ini merupakan awal dari pembangunan. Dalam hal ini, pembangunan yang sejati dapat membuat masyarakat menjadi lebih berdaya. Pada titik ini, pembangunan merupakan serangkaian upaya sadar untuk membebaskan masyarakat dari segala bentuk ketidakmerataan atau kesetaraan.

Oleh karena itu, munculah kesadaran bahwa proses pembangunan harus mampu meningkatkan kapasitas perorangan dan institusionalnya untuk memobilisasi dan mengelola sumber daya dan menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup yang sesuai dengan aspirasi mereka sendiri (Surya Syamsi, 2015). Dalam konteks ini, pembangunan diidealkan sebagai pembangunan yang mengembangkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam kehidupan politik, budaya, agama, sosial, maupun kehidupan ekonomi.

Dalam kaitannya dengan pembangunan yang konkret di Indonesia belakangan ini, tak dapat dimungkiri bahwa pembangunan di Indonesia telah berkembang pesat. Berbagai sektor sepertinya sudah dibenahi secara baik. Sebagaimana yang sudah disinggung di bagian awal tulisan ini, bahwasanya salah satu orientasi pembangunan Indonesia masa kini ialah pembanguan infrastruktur di hampir semua wilayah di Indonesia. Namun yang menjadi kendala bagi kita ialah kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembanguan manusia. Perhatian yang berlebihan pada pembangunan infrastruktur menyebabkan munculnya ketidakpedulian terhadap pembangunan manusia. Misalnya, ada begitu banyak orang belum mendapatkan pendidikan secara baik bahkan tidak bisa bersekolah. Terhadap hal ini, pemerintah seakan kurang  peduli dan lebih memprioritaskan pembangunan waduk di semua wilayah di Indonesia.

Padahal, menurut Sen, hal yang menjadi prioritas dari setiap pembangunan ialah membangun sumber daya. Hal ini dibuat karena untuk membangun Negara yang baik, Negara membutuhkan sumber daya yang baik pula. Hal ini dilakukan agar setiap orang mampu membangun diri sendiri untuk berkembang hingga mencapai hasil yang diinginkan. Pemerintah tidak hanya berpikir tentang cara meningkatkan pendapat per kapita dan konsumsi masyarakat, tetapi lebih dari itu pemerintah harus menjamin terbukanya kesempatan untuk semua orang atau masyarakat menikmati pendidikan dan kesehatan, kemudian baru fasilitas publik.

Sebab, pembentukan kapabilitas itu dapat tercermin dalam kesehatan, pengetahuan dan keahlian yang meningkat. Dengan kapabilitas, seseorang mampu mengembangkan kemampuannya untuk bekerja dan merealisasikan dirinya, sehingga memiliki kehidupan yang layak dan bermakna. Konsep kapabilitas Sen menandai peralihan penting dalam upaya dan proses pembangunan, sehingga mampu melihat kesejahteraan yang mencakup semua aspek kehidupan seperti dimensi sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pembangunan yang bersumber pada manusia menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera dalam berbagai aspek kehidupan.

Penutup

Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembangunan kapabilitas itu penting untuk diutamakan dalam pembangunan di Indonesia. Dengan pembangunan kapabilitias, kehidupan manusia Indonesia dapat menjadi lebih sejahtera di semua aspek kehidupan. Dengan begitu, pembangunan di Indonesia tidak menjadi pincang atau hanya berat sebelah di dalam pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Sebab, sebagaimana Sen, penulis optimis bahwa ketika pembangunan sumber daya manusia dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang memuaskan, pembangunan infrastruktur dan ekonomi akan berhasil juga seiring suksesnya pembangunan sumber daya manusia tersebut. Pada titik ini, pembangunan sumber daya manusia dapat menjadi payung yang dapat merangkul, menaungi, dan mengayomi pembangunan pada aspek yang lain.

________________________

Tentang Penulis

Aphing Suwardi berasal dari Manggarai. Kini sedang menjalankan pendidikannya di IFTK Ledalero.

 

Post a Comment

0 Comments