Penembak Misterius

 El-Micky*


                                                                               (Gambar: iStock)

Malam itu, ia benar-benar seperti orang yang tidak mau lagi adanya pihak keamaan dalam negerinya. Setiap hari, ia selalu mengikuti berita hangat dan aktual.  Setiap kali ada Notifikasi yang masuk dari media kompas.id di ponselnya, selalu dengan berita utama yang seperti biasanya, kasus pembunuhan polisi tembak polisi. Dari kasus awal, ia mengikutinya, ia membacanya bahwa kasus yang dilakukan oleh mereka yang bergerak di bidang keamanan itu, pasti prosesnya lama dan berlarut-larut. Masih ada tutup sana dan tutup sini. Coba kasus yang dilakukan masyarakat biasa, pasti hanya dalam hitungan hari saja sudah clear masalahnya, dan yang bersangkutan sebagai pelaku cepat diproses. Baginya yang lebih para lagi adalah anggota keamanannya mendapat sogokkan uang dari belakang. Baginya membaca berita semakin menambah emosional yang semakin menjadi-jadi. Pada suatu kesempatan ia hampir membanting ponselnya karena sudah keterlaluan ternyata kasusnya adalah seorang pimpinan sendiri yang menyuruh ‘anak buah’ atau ajudan untuk menembak polisi temannya sendiri. Sangat ironis, tragis tapi itulah realitasnya.

“Ah, mengapa selalu saja berita yang sama, kasus yang itu, itu saja”

“Mas, sabar, masih di proses hukum” kata istrinya yang sementara menguduk kopi untuk membawa kepada suaminya yang sudah beberapa menit hanya menggerutu tentang berita yang sama saja.

“Bu, aku heran dengan hukum yang ada di negeri ini, sudah tahu siapa itu pelaku tetapi masih saja diperpanjang urusannya”

“Pasti waktunya akan semakin jelas, Mas” kata istrinya sambil senyum ramah berusaha menenangkan amarah suaminya dan menyimpan gelas yang berisi kopi di atas meja bundar kaca yang berkali empat dan berwarna coklat kesukaan suaminya.

Suatu sore di teras rumah, ia duduk sambil menikmati pemandangan yang sangat indah, ia memandang halaman rumahnya yang indah dan asri. Ia memandang bunga-bunga yang ditanami oleh putrinya yang bernama Yesni. Yesni baru menyelesaikan studi di bidang filsafat di salah satu kampus terkenal di kota. Ia sangat mencintai putri tunggalnya itu. Semasa masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Yesni suka menanam bunga di halaman rumah, dan sekarang bunga-bunga itu semakin bertumbuh dan berkembang dengan begitu indah dan enak dipandang mata. Dalam hatinya, ia mengingat istri dan anak tunggalnya itu, dalam hati ia berbisik untuk selalu menjaga istri dan putrinya itu, apa pun yang terjadi dalam hidup, ia tidak akan melakukan hal-hal yang membuat istri dan anaknya kecewa dan sakit hati padanya. Sore itu, ia merenung panjang tentang hidupnya ini. Matahari hampir terbenam di ufuk barat, dengan senja yang kemerah-merahan, Bu Narti menyiram bunga-bunga yang ditanam oleh Yesni.

“Selamat sore tuan,” sapa Bu Narti pembantu yang sudah berumur 50-an itu. Ia membalas dengan senyum yang ramah kepada Bu Narti. Setelah Yesni melanjutkan studi filsafat di kota, ia membutuhkan seorang asisten rumah tangga untuk mengurus rumahnya, karena istrinya juga berkerja sebagai pengurus di kantor kecamatan. Bu Narti adalah seorang  janda yang tidak mempunyai anak dan suaminya sudah meninggal, dan ketika itu ia bertemu dengan Bu Narti di jalan sambil berjalan seorang diri, ia tergerak hati untuk membawa Bu Narti ke rumah dan akhirnya, Bu Narti bekerja di rumahnya. Bu Narti sudah dua tahun bekerja di rumahnya dan Bu Narti merasa bahagia sekali dan merasa bagian dari keluarganya sendiri. Dalam hatinya ia merenung tentang hidup ini, mengapa sekian banyak orang yang di dunia merasa tidak puas dengan hidupnya, kemarin terjadi kasus korupsi, anggota DPR atau  bahkan ketua DPR yang sudah memiliki kelimpahan yang sudah berkecukupan, toh masih saja merasa kurang dan ingin merampas hak dari masyarakat. Belum itu masih ada lagi, kasus korupsi benih lobster yang dilakukan oleh menteri perikanan dan kelautan sendiri, apa yang kurang dari hidup mereka. Dan sekarang terjadi lagi kasus yang sampai saat ini, belum bisa dituntaskan. Polisi tembok polisi, rumit sekali. Entalah. Tetapi ia selalu mempunyai kesadaran bahwa, tidak semua yang dijalani dalam hidup ini, hanya elok-elok saja. Seperti bunga-bunga ini, ada yang berduri, ada yang dimakan ulat daun-duannya, ya itulah warna hidup.

Matahari sudah tidak tampak lagi, bentangan selimut malam menguasai langit. Ia segera kembali ke teras rumah dan ingin menyiapkan diri untuk berdoa. Ia selalu menyempatkan diri untuk berdoa. Prinsipnya dalam hidup adalah doa adalah nafas kehidupannya. Dalam doanya, ia menyerahkan seluruh hidup dan keluarga dalam kasih Tuhan.

 “Tuhan, pada-Mu aku mohon ampun atas segala dosa dan salahku, hanya kepada-Mu, aku berserah dan aku mohon berkatilah keluargaku” dari balik pintu istrinya yang sudah tiba dari kantor melihatnya sedang berdoa. Istrinya meneteskan air mata ketika melihat suaminya yang begitu tenang dalam keheningan doa.

“Tuhan, terima kasih, untuk cinta yang luar biasa dari suamiku, ia begitu mencintai diriku dan anak kami Yesni, Engkau memberikan suami yang tulus dan baik hati kepadaku”, bisik suara hati seorang istri yang mendalam. Ketika melihat suami hendak bangun dari tempat duduk di ruang doa, ia segera menyeka air matanya dan masuk ke dalam kamar untuk menganti pakaian dinas yang dikenakannya. Ketika, ia masuk ke dalam kamar melihat istrinya dan istrinya lansung memeluk suaminya. Istrinya memeluk suaminya erat-erat seperti malam itu adalah malam pertama bulan madu mereka.

 “Terima kasih, Mas, suara manis sang istri terdengar halus di telinganya.  Ia hanya bisa mengelus rambut istrinya yang hitam, air dan panjang itu sambil membisik dengan suara yang pelan “sama-sama sayang “Jangan tinggalkan aku sama Yesni, ya Mas” sambil memeluk suaminya. Ketika istrinya mengucapkan kata demikian ia hanya membalas dengan senyum sambil melihat wajah istrinya yang manis itu. Ketika beranjak ke kamar makan untuk menikmati hidangan makan malam, ia dengan langkah yang pelan memegang tangan istrinya dan berjalan ke ruang makan. Ada hati yang berat, ia menyimpan sesuatu hal yang belum bisa, ia disampaikan kepada istrinya. Semuanya ini terlihat dari wajah dan senyumnya yang menandakan ada kecemasan dan kekhawtiran, ada sesuatu yang disimpannya dalam hati.

“Mas, seandainya Yesni masih ada di sini pasti, malan ini Yesni duduk di tengah dan kita berdua mengapitnya, sambil mengajarkan untuk selalu rajin belajar, jadi anak yang baik, rajin doa  dan bersemangat selalu dalam sekolah ” kata istrinya sambil mengambil nasi, lauk dan sayur untuknya. Malam itu, ia bersama istrinya bernostalgia seperti malam-malam yang dulu sewaktu Yesni putri tunggal kesayangan mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Tidak, tidak, jangan-jangan….” sambil berteriak.

“Ada apa, Mas, kamu mimpi buruknya” kata istrinya sambil memperbaiki rambut panjangnya karena berantakkan. Istrinya beranjak dari tempat tidur dan mengambil air minum untuk diberikan kepadanya. “Ini Mas, minum air dulu” sesudah minum air istrinya langsung memeluknya. “Jangan takut mas, itu cuman mimpi saja”. Malam itu, ia benar-benar merasakan mimpinya nyata dalam hidupnya. Pikirannya melayang pada peristiwa 5 tahun silam, waktu ia ditugaskan oleh perusahannya untuk melakukan penelitian di sebuah kota. Peristiwa yang membuat dirinya tidak melanjutkan lagi kerjanya sampai saat ini, ketika ditanya oleh istrinya sewaktu kembali dari penelitiannya, ia hanya beralasan kepada istrinya bahwa ia ingin pensiun dini dari perusahaan yang mengelola di bidang penelitian ilmu pengetahuan itu, istrinya selalu mendengarkannya dengan baik dan menerima keputusannya.

Siang itu, ia berencana bersama istrinya pergi kota untuk memberikan hadiah special kepada putri tunggal mereka, karena tiga hari lagi putri tunggal mereka, Yesni akan merayakan ulang tahun ke-25 tahun. Istinya satu minggu yang lalu sudah menyiapkan kado special untuk putrinya itu, yakni tiket jalan-jalan ke luar negeri dan ke tempat-tempat wisata. Istrinya sudah memboking tiket tanpa sepengetahuannya. Tetapi ia sudah memikirkan dalam hatinya bahwa istrinya punya rencana special untuk hari ulang tahun putri mereka. Ia menebak ini dari kata-kata istrinya sendiri ketika suatu kesempatan istrinya mengatakan kalau ia akan memberikan kado special di hari ulang tahun putri tunggalnya itu. “Mas, selama ini Yesni sibuk dengan kuliah sehingga ulang tahunnya kemarin-kemarin tidak bersama kita, jadi ibu mau memberikan kado istimewa untuk anak semata wayang kita, untuk putri tunggal kita”, ia hanya bisa membalas dengan senyum sambil memeluk istrinya yang menggunakan baju tidur berwarna biru bunga-bunga sambil membisik dengan suara pelan “Boleh sayang,” istrinya memeluknya dengan begitu erat dan ia mencium kening istrinya lalu mematikan lampu.

 Tetapi di lain pihak Yesni juga mempunyai rencana untuk waktu ulang tahunnya nanti, pekan depan ia berencana untuk mengambil cuti dari kantor kerjanya, kantor kerjanya yang dulu ayahnya berkerja di situ, yakni pusat penelitian ilmu pengetahuan, kantor yang bergerak secara yayasan dalam mengembangkan penelitian sosial dan bahasa serta penelitian yang lainnya demi kemajuan riset-riset baru untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Setelah menyelesaikan studi filsafat sebelum tugas akhir skripsi, Yesni sudah ditawarkan untuk bekerja di kantor penelitian itu, mengantikannya ayahnya, yang meminta diri untuk pensiun dini. Sebagai bentuk surprise untuk ayah dan ibunya, Yesni tidak menginformasikan terlebih dahulu kepada mereka. Akhirnya, Yesni membuat surat cuti selama satu pekan untuk berlibur merayakan ulang tahun bersama ibu dan ayahnya di rumah.

“Yess… hari ini aku pulang kampung dan tiga hari lagi aku akan merayakan ulang tahun bersama ayah dan ibu”, teriak Yesni saat melakukan perjalanan dari kota menuju kampung menggunakan Bus. Kurang lebih perjalanan dari kota ke kampung menggunakan Bus memakan waktu 6 jam.  Tetapi ada keanehan yang terlintas dalam benak Yesni ketika di dalam Bus, ia melihat seorang pria, yang menggunakan jaket hitam, memakai masker hitam, bercelana jeans panjang warna kecoklatan, memakai sepatu hitam.  Agak sedikit keanehan dalam diri pria itu. Dalam benak Yesni ada dua pikiran yakni dia ini seorang intel atau penjahat yang ingin merampok di dalam Bus itu. Tetapi Yesni tidak mau berpikir terlalu lama soal itu, tidak penting baginya. Yesni berusaha untuk tetap berpikir positif sambil menyebarkan senyum kegembiraan karena sudah 5 tahun tidak berjumpa dengan ibu dan ayahnya, semenjak mendapat tugas kerja di kantor penelitian itu, Yesni sibuk melakukan penelitian dan fokus kerja di kantor. Dalam hati Yesni berkata, ini adalah hari ulang tahun yang paling indah dan bahagia.  Pria yang sedari tadi hanya duduk tegak dan diam itu duduk di tempat duduk sebelah kiri dan Yesni di sebelah kanan, dalam kegembiraannya Yesni mencuri-curi pandang kepada pria itu. Memang Yesni betul-betul merasakan keanehan. Akhirnya Bus selama perjalanan 6 jam tiba juga di terminal kota kabupaten. Ketika hendak turun dari Bus, yang menjadi keanehan semakin mendalam adalah waktu Yesni tanpa senjaga melihat pria itu, menyembunyikan sebuah pistol berwarna hitam pula di saku sebelah kiri. Yesni tanpa sengaja melihatnya ketika pria itu hendak memperbaiki jaketnya. Mungkin hanya Yesni sendiri yang mengetauhi hal itu.

“Ibu ayah Yesni pulang”, Yesni berteriak dari halaman rumah dengan penuh kegembiraan. Tetapi tidak ada yang menyahutnya. Yesni mulai berpikir tidak baik. Ketika Yesni meletakkan tasnya di bangku depan teras rumah, Bu Narti keluar dari dalam rumah, “Maaf Non Yesni ibu dan ayah barusan satu jam yang lalu pergi ke bandara untuk melakukan penerbanagan ke kota. Mereka merencanakan untuk merayakan hari ulang tahun bersama Non Yesni di kota dan katanya ingin berwisata bersama Non Yesni”

Ketika mendengar pemberitahuan dari Bu Narti, Yesni langsung berpamitan kembali di Bu Narti dan mengikuti ayah dan ibu ke bandara “Terima kasihh Bu Narti”  sambil mencium tangan Bu Narti, Yesni bergegas mengunakan angkutan di kampung kembali ke bandara. Ternyata pria berjaket hitam dan bermasker hitam itu mengikuti Yesni. Ketika tiba di bandara, Yesni sibuk mencari ayah dan ibunya, dalam hatinya berharap semoga ayah dan ibu belum lepas landas. Matanya terus mencari di sela-sela banyak penumpang yang melakukan Chek in, dan akhirnya ia melihat ayahnya yang sedang berjalan ke tempat Chek in penumpang, Yesni segera berlari dan berteriak, ayah..ayah..ayah..

Ayahnya mendengar ada suara seorang perempuan kira-kira berumur 30an tahun memanggilnya. “Mas, Dito, Mas Dito, ia mengenal suara itu, suara yang dulu ia dengar di tempat tugas penelitiannya. Ayah belum mendengar suara Yesni…”Ayah…ayah yesni sudah pulang”, ketika ia membalik badan ternyata ia melihat Yesni, putrinya berlari ke arahnya tetapi di sisi sebelah, ia melihat Rita perempuan yang pernah bersamanya di tempat penelitian sedang bersama seorang anak yang baru berusia lima tahun. Tetapi sebelum Yesni dan Rita sampai di dekatnya peluru sudah menembusi dadanya, Yesni begitu kaget ketika melihat dada ayahnya berdarah, pria yang berjaket hitam itu telah menembaknya di dada dan cepat-cepat pergi, “Ayahhhhhhhhhh”,  teriak histeris Yesni “Mass Ditooo” teriak Rita sambil berlari ke arahnya. Ketika ibu keluar dari ruangan chek in melihat banyak kerumunan “Ada apa ini?” “Ada penembak misterius, seorang pria ditembak oleh orang yang tak dikenal” kata seorang penumpang. Istrinya berlari ke arah kerumunan itu. “Tidakkkkkk sayang, Mas”…“Yesni memeluk ayahnya sambil menangisss, tidak ayahhh, istrinya terus menangis,”   “Ayahhhhh……tidakkk….”

“Sandra, istri tercinta, saya sangat sayang kamu dan Yesni putri tunggal kita, melalui tulisan ini ayah hendak mengatakan sebenarnya, bahwa selama bertugas di tenpat penelitian ayah telah melakukan kesalahan dengan berselingkuh sama istri polisi, istri polisi itu merasakan kesepian sehingga ia berbuat baik kepada ayah, ia disakiti oleh suaminya sendiri karena selingkuh dengan orang lain. Ayah telah 'jatuh' bersamanya. Ketika ayah melakukan penelitian tinggal bersama istri polisi itu, akhirnya kami saling memadukan cinta. Dan dia hamil. Maafkan ayah, sayang. Yesni, putri tunggal yang manis dan cantik, ayah minta maaf, ayah harus menerima kenyataan ini. Sayang minta maaf, suatu saat nanti terjadi sesuatu peristiwa yang mematikan pada ayah sendiri, ayah terima saja semuanya itu, ayah sudah bersalah dan berdosa ayah. Ayah cinta kamu sayang istri tercinta Sandra dan putri tunggal ayah Yesni.”…. Sebuah surat yang ditulisnya sebelum ia bersama istrinya berangkat ke bandara, “Ayahhh”…Yesni putrinya hanya meneteskan air mata ketika membaca surat yang ia temukan di dalam laci meja kerja ayah….



EL-Micky adalah nama samaran atau nama pena dari Fr. Micky Moruk, SVD yang gemar menulis karya sastra seperti cerpen, puisi, kritik sastra dan juga artikel ilmiah. Baginya menulis adalah doa dan nafas hidup untuk mengekspresikan diri yang tersembunyai, yang tersirat. Sekarang tinggal di unit St. Agustinus waerpelit, Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero-Maumere, dan semester III studi Filsafat di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero-Maumere. Ia mengutip ungkapan dari Pramoedya Ananta Toer “Menulis adalah untuk keabadian”…

 

 

  

Post a Comment

0 Comments