TINJAUAN MUSIK LITURGI DAN KRITERIA PEMILIHAN LAGU DALAM KEGIATAN LITURGI-FR. LIO MAU,SVD


Tinjauan Musik Liturgi dan Kriteria Pemilihan Lagu dalam Kegiatan Liturgi


 I. MUSIK LITURGI

1.1 Pengantar

 

Musik Liturgi merupakan bagian penting dan utuh dari Liturgi. Ia mendapat peranan penting dalam sebuah kegiatan Liturgi. Kegiatan Liturgi yang dilangsungkan dapat menjadi sebuah perayaan yang agung dan meriah apabila didukung dengan iringan musik yang sesuai dengan tuntutan dalam Liturgi. Dalam kaitannya dengan hal ini Paus Pius XII menandaskan “ Musik suci lebih erat terkait dengan ibadat daripada kebanyakan seni lainnya seperti seni pahat,   seni   tari,   seni   lukis   dan   sebagainya.   Kalau   kesenian-kesenian   ini   berfungsi menciptakan  suasana  yang  menunjang  ibadat,  musik  menduduki  tempat  utama  dalam

pelaksanaan aktual ibadat sendiri” (Musicae sacrae disciplina 13).1 Pernyataan Paus Pius ini

 

didasarkan pada kegunaan esensial dari musik itu sendiri yakni melagukan teks Liturgi. Selain itu nyanyian juga mempunyai fungsi membuat doa-doa Liturgi menjadi lebih bermutu, lebih agung, lebih semarak.

Ada sebuah adagium klasik yang berbunyi bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali lipat. Adagium klasik ini secara eksplisit telah menunjukan peranan penting sebuah nyanyian rohani pada umumnya dan dalam kegiatan Liturgi pada khususnya. Adagium di atas menyadarkan setiap orang yang hendak bernyanyi perlu membawakan secara baik dan benar sesuai dengan tuntutan liturgi. Dengan demikian nyanyian yang akan dibawakan akan menjadi suatu persembahan, pujian yang agung bagi kemuliaan nama Tuhan.   Nyanyian mampu menciptakan kesatuan hati yang lebih mendalam di kalangan umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi. Sebuah nyanyian dan musik yang dipersiapkan dan dibawakan dengan baik dalam Liturgi akan menggandakan setiap doa dan ujud yang disampaikan selama perayaan tersebut. Oleh karena itu saya akan mencoba memberikan sedikit bahan tentanmusik  liturgi,  bagaimana  pemilihan  lagu  yang  benar  sesuai  dengan  tuntutan  Liturgi, tantangan-tantangan yang dialami dalam menerapkan musik dalam liturgi, peranan dirigen, koor dan organis dalam mempersiapkan sebuah nyanyian dan musik di sebuah komunitas.

1.2 Sejarah Singkat dan Pengertian Musik Liturgi

 

Musik liturgi adalah bagian penting dan utuh dari liturgi (KL No. 112), dengan demikian sejarah  perkembangan 2  musik  liturgi  tentunya  berhubungan  erat  dengan  sejarah perkembangan  liturgi  bahkan  sejarah  perkembangan  Gereja  pada  umumnya.  Berbicara tentang sejarah tentu akan panjang, tetapi pada kesempatan ini saya menekankan perkembangan Musik Liturgi sejalan dengan perkembangan liturgi. Mulai dari zaman pra sejarah Gereja, Bangsa Israel: zaman padang gurun sampai pada zaman pasca konsili Vatikan II yang kita terapkan saat ini. Pada intinya setiap zaman perkembangan memiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing  yang dipengaruhi oleh perkembangan peradaban, budaya

dan pemikiran manusia. Fokus kita pada perkembangan music liturgi pasca konsili Vatikan

 

II.

 

Istilah musik liturgi lazim digunakan dalam Gereja Katolik. Istilah ini selalu dipakai dalam ibadat maupun dalam perayaan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi musik liturgi selalu disesuaikan dengan tema dan masa liturgi dalam Gereja. Di kalangan umat Katolik sendiri terkadang dipertukarkan artinya secara tidak tepat dengan istilah musik atau nyanyian rohani. Hal ini berdampak pada pemilihan lagu liturgi. Orang cendrung menggabungkan lagu pop rohani, lagu karismatik bahkan lagu-lagu profan pun diambil dan digunakan begitu saja dalam  perayaan  ekaristi.  Dengan  demikian  satu  pertanyaan  yang  pokok  yang  muncul berkaitan dengan istilah musik liturgi adalah apa sesungguhnya musik liturgi itu?

 

Bapa-bapa Konsili Vatikan ke II tidak merumuskan suatu arti yang defenitif mengenai istilah musik liturgi. Dalam Sacrosanctum Concilium, mereka menegaskan:Tradisi musik Gereja semesta merupakakekayaan yang tak terperikan nilainya, lebih gemilang dari ungkapan seni lainnya, terutama karena nyanyia yang suci yang terikat pada kata-kata merupakabagian Liturgi meriah yanpenting atau integral. Ternyata lagu-lagu ibadat sangadipujbaik oleh Kitab suci (Ef. 5:19; Kol. 3:16), maupun oleh para Bapa Gereja; begitu pula oleh para Pausyang dipelopori oleh Santo Pius X, sehingga akhir-akhir ini  semakin cermat menguraikaperan serta Musik Liturgi mendukung ibadat kepada Tuhan. Makmusi Liturgi  semakin suci,  bila  semakin erat  hubungannya dengan  upacara ibadat,  entah  denga mengungkapkan  doa-do secar lebih  mengena,  entadengan memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkayupacara suci dengakemeriahan yang lebih semarak. Gereja menyetujui segala bentuk kesenian yansejati, yang memiliki sifat-sifat menurut persyaratan liturgi, dan mengizinkan penggunaannya dalam ibadat kepada Allah.3


 

Berdasarkan uraian para Bapa Konsili ini, maka istilah musik liturgi dapat didefinisikan ke dalam beberapa pengertian sebagai berikut:

 

Pertama, musik liturgi merupakan sebuah warisan musik Gereja semesta yang sangat bernilai. Kedua, musik liturgi merupakan seni musik Gereja yang lebih gemilang dan lebih tinggi. Ketiga, musik liturgi merupakan musik atau nyanyian suci yang terikat pada kata-kata kitab suci dan ajaran iman Gereja. Keempat, musik liturgi merupakan bagian liturgi yang penting dan  integral.  Kelima,  musik  liturgi  merupakan  sarana  suci  yang  mendukung  ibadat  kepada Tuhan. Keenam, musik liturgi merupakan musik dan nyanyia sakral yang berhubungan erat dengan ibadat. Ketujuh, musik liturgi merupakan musik dan nyanyian sakral yang mendukung umat untuk mengungkapkan doa-doa mereka secara lebih intensif, dalam penghayatan yang lebih mendalam tentang misteri iman yang dirayakan. Kedelapan, musik liturgi adalah musik dan nyanyian  sakral  dalam  Gereja  Katolik  yang  berperan  untuk  memupuk  kesatuan  hati  umat beriman yan sedang merayakan liturgi keselamatan, dengan memperkaya liturgi lewat kemeriahan yang lebih semarak.

Dengan demikian, berdasarkan Sacrosanctum Concilium dapat disimpulkan bahwa musik liturgi adalah musik suci dalam Gereja Katolik yang diciptakan khusus untuk perayaan liturgi Gereja. Ia merupakan unsur utuh dan integral dalam liturgi. Musik dan nyanyian merupakan musik sakral dalam Gereja Katolik. Musik liturgi diciptakan berdasarkan kaidah dan ketentuan- ketentuan tertentu berdasarkan SC. Oleh karena itu segala jenis musik profan dan pop tidak bisa dibawakan dalam liturgi Gereja.

 

1.3 Jenis Musik Liturgi

 

Tidak semua musik suci adalah liturgis. Musik liturgi adalah musik yang diciptakan secara khusus untuk mengiringi perayaan liturgi. Musik liturgi diciptakan berdasarkan kaidah dan  ketentuan-ketentuan  dalam  liturgi  yang  sesuai  dengan  hukum  dan  peraturan  liturgi

Gereja Katolik. Dalam sejarah perkembangan musik Gereja, dikenal tiga jenis musik yaitu:musica eccelsiastica4 (musik Gereja), musica religiosa5 (musik religius), dan musica sacra6 (musik suci). Ketiga jenis musik tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan tertentu. Meskipun demikian definisi kanonik mengenai musik liturgi tidak mengharuskan untuk memilih corak musik tertentu untuk digunakan. Gereja selalu mengakui dan mendorong pengembangan seni, sambil mengijinkan semua yang indah dan baik masuk dalam ibadat.

Dokumen-dokumen resmi Gereja dengan jelas telah menunjukan suatu urutan prioritas dalam kategorisasi musik liturgi. Dalam klasifikasi musik liturgi nyanyian gregorian menduduki tempat pertama sebagai nyanyian khas dan utama dalam liturgi Romawi. Gereja sangat memandang nyanyian gregorian sebagai jenis nyayian yang bermutu tinggi sesuai dengan tuntutan musik liturgi. Selain itu, gereja juga menilai bahwa nyanyian gregorian merupakan nyanyian suci yang memiliki bobot kekudusan, keunggulan seni dan bersifat universal. Tingkat kedua diduduki oleh polifoni klasik a cappela. Nyanyian polifoni klasik a capela (polifoni suci) adalah musik paduan suara yang dinyanyikan dalam banyak suara dan umumnya dinyanyikan tanpa iringan instrumental. Nyanyian polifoni suci ini berkembang dalam Gereja pada zaman renaisance.7


Para Bapa Konsili Vatikan II menegaskan kembali kedua jenis musik liturgi di atas dalam dokumen SC.

 

Gereja memandang nyanyian Gregorian sebagai nyanyian khas Liturgi Romawi. Maka dari itu bila tidak ada pertimbangan-petimbangan yang lebih penting, nyanyian Gregorian hendaknya diutamakan dalam upacara liturgi. Jenis-jenis musik liturgi lain seperti polifoni sama sekali tidak dilarang dalam perayaan ibadat suci, asalkan selaras dengan jiwa upacara liturgi.8


Dalam perkembangan selanjutnya, para Bapa Konsili menilai bahwa nyanyian Gregorian dan a capela sebagai dua jenis musik liturgi resmi Gereja ritus Romawi terkesan kaku. Oleh karena itu, demi suatu penghayatan iman yang otentik, Gereja mengadakan suatu pembaharuan yang radikal, suatu pembaharuan liturgi yang lebih mendalam dan lebih sulit, suatu pengintegrasian liturgi ke dalam kebudayaan bangsa-bangsa. Dengan kata lain melaksanakan inkulturasi.9 Dalam inkulturasi liturgi, Gereja menerjemahkan teks-teks liturgke dalam bahasa bangsa-bangsa. Gereja berpendapat bahwa bahasa merupakan sarana komunikasi di anatara umat. dalam perayaan liturgi bahasa digunakan untuk mewartakan kabar gembira keselamatan orang-orang beriman dan untuk menyatakan doa Gereja kepada Tuhan. Oleh karena itu bahasa harus selalu menyatakan bukan hanya kebenaran dan misteri iman yang sedang dirayakan, tetapi harus dimenerti oleh umat di mana perayaan iman itu sedang terjadi.

Penyesuaian  atau  inkulturasi  liturgi  mencakup  teks-teks  liturgi  resmi  ritus  Romawi seperti: teks alkitab, doa-doa pemimpin atau doa presidensial, mazmur, aklamasi, ulangan, jawaban-jawaban umat, madah dan litani. Berdasarkan pendapat di atas maka ritus-ritus dan doa-doa dlam liturgi yang semula berbahasa latin mulai diterjemahkan ke dalam bahasa dan budaya bangsa-bangsa lain.

Gereja melakukan inkulturasi liturgi bukan hanya dalam doa-doa dan ritus-ritus tetapi juga dalam bidang musik liturgi. Dalam dokumen De Liturgia Romana Et Inkulturatione No.

40 ditegaskan bahwa musik dan nyanyian mengungkapkan jiwa umat. Namun yang harus diperhatikan dalam bernyanyi adalah pertama-tama harus menyanyikan teks liturgi, sehingga suara umat beriman dapat didengar dalam tindakan-tindakan liturgis itu sendiri. Di wilayah- wilayah tertentu, terutama di daerah daerah misi, terdapat bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi musik sendiri, yang memainkan peranan penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. 


1.4 Kriteria Pemilihan Lagu-Lagu Liturgi

 

1.4.1    Kriteria Syair

Ada dua kriteria syair dalam pemilihan lagu liturgi:

A.) Kriteria Umum


   Dengan bahasa Indonesia yang benar

 

Konstraksi kata misalnya s‟bagai, „tuk oleh para ahli bahasa Indonesia dinilai sebagai pemerkosaan  bahasa,  bukan  sebagai  seni.  Meskipun  dalam  nyanyian  yang  sudah-sudah ternyata banyak dipakai, namun dalam nyanyian Liturgi baru hendaknya dihindari.

   Dengan pilihan kata yang berbobot

 

Mutu teks nyanyian dapat dilihat dalam pilihan kata: kata yang berbobot dan padat antara lain dengan menghindari kata yang tidak mutlak perlu seperti sebagaimana”, “adalah” dan menurut bentuk bahasa (puisi).

Bahasa sehari-hari atau kata-kata sebagaimana dipakai dalam syair lagu pop kurang tepat dipakai dalam syair nyanyian liturgi. Hal ini dikarenakan syair lagu dalam lagu-lagu pop menggunakan bahasa sehari-hari yang memiliki makna yang dangkal dan penuh slogan. Kata- kata baikpun lekas menjadi kata mode dan kehilangan daya.

   Dengan bahasa yang puitis

 

Dalam nyanyian liturgi tidak dituntut puisi yang tinggi. Puisi berlebihan kurang cocok untuk nyanyian umat. Namun setiap usaha ke arah puisi disambut dengan senang hati. Kaidah- kaidah dalam bahasa daerah dapat membantu untuk memperkaya puisi Indonesia termasuk lagu liturgi baru. 

B.) Kriteria Khusus

 

   Kitab Suci sebagai Sumber

 

Sejak zaman dahulu Gereja menyarankan agar syair lagu liturgi diambil dari Kitab Suci. Namun ini tidak berarti bahwa teks baku Kitab Suci diberi lagu, melainkan kata-kata Kitab Suci diolah kembali menjadi syair atau dengan kata lain syair dalam nyanyian liturgi dilatarbelakangi dan diinspirasi oleh kitab suci.

   Secara Teologis benar

 

Bila teks nyanyian diambil dari Kitab Suci atau dari buku Liturgi maka ada suatu jaminan bahwa isinya benar. Namun selain itu harus juga sesuai dengan dogma-dogma yang besar (Misalnya tentang Kristus; Ia bukan pencipta dunia tetapi Putra Allah, Almasih; Bunda Maria


tidak  kita  sembah  tetapi  kita  hormati;  ia  tidak  dapat  mengabulkan  doa  kita  melainkan menghantar doa kita kepada Allah).

   Teks harus relevan

 

Syair dalam sebuah nyanyian liturgi harus relevan bagi penyanyi terutama kaum awam. Para komponis harus pandai merefleksikan realitas kehidupan kita dan membawanya dalam syair lagu liturgi untuk dinyanyikan.

   Teks harus Gerejawi

 

Teks nyanyian liturgi dapat dilaksanakan sebagai Gereja. Artinya sebagai Tubuh Kristus yang bersatu bukan sebagai individu-individu; sebagai manusia yang diselamatkan oleh kasih Kristus bukan karena jasa kita sendiri.

Secara normal subyek dalam nyanyian liturgi adalah kami atau kita, bukan “aku

 

kecuali bila ada alasan misalnya kata aku itu diambil dari mazmur atau kitab suci.

 

1.4.2    Kriteria Lagu  

A.) Kriteria Umum

   Notasi harus betul

 

Garis birama bertujuan untuk menunjuk tempat nada berat, maka tidak bisa ditempatkan pada sembarangan tempat. Titik di atas dan di bawah nada mesti lengkap untuk menghindari penyanyi jadi bingung.

   Bentuk lagu harus beres

 

Agar dapat dinyanyikan dengan mudah, maka sebuah lagu liturgi harus teratur dan jelas, biasanya dalam bentuk lagu dengan potongan-potongan yang sama panjangnya.

   Pengolahan motif

 

Sebuah komposisi, termasuk lagu Liturgi, bermutu bila terdapat ulangan-ulangan, termasuk pengolahan motif secara baik dan benar.

   Ambitus

 

Agar lagunya enak dinyanyikan, maka wilayah nada (ambitus) harus dijaga: satu oktaf sampai satu kwart adalah batas maksimum. Ini perlu diperhatikan secara khusus bagi para komponis Lagu Liturgi.


B.) Kriteria Khusus

 

   Melodi yang menarik

 

Makin khas karakter sebuah lagu makin menaruk dan mudah lagunya dapat dinyanyikan. Sebuah lagu tanpa arah yang jelas dirasa membosankan; suatu puncak melodi sangat membantu.

   Khas dan orisinil

 

Sebuah lagu liturgy kurang bermutu bila ia mirip dengan sebuah lagu lain (Sacral atau profan). Atau malah meminjam lagu secara utuh dengan menggantikan syairnya saja. Sebuah lagu liturgi sangat dianjurkan memiliki kekhasan khusus dan orisinil.

   Taraf Kesukaran

 

Mutu sebuah lagu Liturgi tidak tergantung makin tinggi, makin sulit dan rumitnya interval dan irama lagu tersebut. Tetapi sebaliknya juga salah bila dikatakan makin sederhana makin baik”. Yang menentukan mutu adalah usaha pengarang untuk mengolah music dan bahasa sedemikian hingga lahir suatu nyanyian khas.

   Ekpresi

 

Alangkah baiknya bila ekpresi kata Nampak juga dalam melodi, misalnya suku kata terakhir dalam kata “abadi” mendapat nada panjang; kata surgaatau tinggi” disertai melodi yang tinggi.

1.4.3    Kriteria Pemilihan Lagu Proprium dan Ordinariu

A). Lagu Proprium

  

Istilah Propriumdalam nyanyian Liturgi berasal dari kata bahasa Latin proprius yang berarti sendiri, khas, khusus. Arti kata Proprium adalah milik; yang menjadi ciri khas, sifat khas” (Kamus Latin Indonesia, 1969:692). Menurut Karl-Edmund Prier, SJ dalam kamus musiknya, Proprium adalah istilah untuk lagu misa yang khusus untuk hari tertentu sesuai tema perayaan. Lagu proprium biasanya tidak tetap dan selalu diubah sesuai dengan tema perayaan liturgi.

Lagu-lagu yang termasuk dalam proprium adalah: nyanyian Pembuka, mazmur tanggapan, Alleluya dan bait pengantar Injil, persiapan persembahan, nyanyian komunio dan penutup.

B). Lagu Ordinarium

Ordinarium  berasal dari kata bahasa Latin:  Ordinarius”  (ordo)  yang  berarti teratur, beraturan menurut urutan (Kamus Latin Indonesia, 1969:598).   Menurut Karl- Edmund Prier, SJ dalam kamus musiknya, Ordinarium Missae adalah: istilah dari Musik Liturgi untuk bagian-bagian misa dengasyair tetap,  yang semula dinyanyikan oleh jemaat atau umat yakni: Tuhan Kasihanilah (Kyrie), Kemuliaan (Gloria), Syahadat Iman (Credo), Kudus (Sanctus), Anak Domba Allah (Agnus Dei) (Prier, SJ, 2009:142).  Syair dari lagu ordinarium ini sangat dianjurkan harus mengikuti teks baku yang ada dalam Tata Perayaan Ekaristi.

1.5 Peran Kor, Dirigen dan Organis

 

Setelah kita melihat sedikit tentang teori dari musik dan lagu liturgi mari kita masuk dalam konteks kita sebagai umat beriman yang selalu terbagung menjadi petugas liturgi seperti koor, dirigen dan organis. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang selalu ada  dan  bekerja  sama  menyukseskan  kegiatan  liturgi  dalam  kaitan  dengan  music  dan nyanyian liturgi.

1.5.1    Kor

 

Kor adalah salah satu petugas liturgi dalam Gereja yang memiliki peran sangat penting. Ole karena itu mari kita lihat bersama tugas kor dalam mengabdi umat di dalam liturgi.

   Kor Menjadi Motor Umat

 

Kor di Seminari Tinggi ini, atau juga umat dalam paroki-paroki kita harus menjadi motor pengerak agar dapat membantu menjamin agar nyanyian jangan terlalu lambat. Tentu saja dalam hal ini posisi kor harus berada di muka umat dan dirigen kor harus merangkap tugas sebagai dirigen umat. Dalam hal ini kor tidak terbatas pada nyanyian unisono saja; ia dapat juga benyanyi dengan paduan suara bersama umat.

   Kor bernyanyi bersahut-menyahut dengan umat

 

Pasca Konsili Vatikan II struktur dari lagu-lagu ordinarium dibawakan secara berganti- gantian antara kor dan umat. Kor dan umat saling bersahut-sahutan dalam bernyanyi tanda kesatuan kita dalam memuji Allah yang hadir dalam Ekaristi.

   Kor mewakili umat dalam nyanyi

 

Meski partisipasi umat dalam nyanyi berulang kali ditegaskan dalam Dokumen Gereja, namun ini tidak berarti bahwa umat selalu ambil bagian secara lahiriah. Terdapat pula


suatu partisipasi batiniah, dalam arti bahwa umat beriman menundukan hati serta budi dengan  apa  yang  mereka  ucapkan  atau  mereka  dengar.  Di  sini  termasuk  pula pendengaran aktif namun secara batiniah dibawakan oleh kor saja.

1.5.2    Dirigen

 

Dirigen, petugas musik vocal dan musik liturgi di Unit, atau juga dalam lingkup KUB dan lingkungan memiliki peranan sangat penting bagi kelancaran satu kor yang baik. Oleh karena itu setiap dirigen perlu menanamkan kualitas pengetahuannya tentang musik liturgi yang benar, teknik vokal, dan berbagai ilmu harmoni lainnya sebagai bekal untuk menjadi animator bagi teman-teman atau umat yang lainnya. Dirigen atau petugas music vokal lainnya, harus mampu untuk menganimasi para anggota kor untuk mempersiapkan lagu  secara baik, tepat dan benar. Mulai dari proses  pemilihan lagu sampai proses latihan, setiap dirigen dituntut untuk memiliki kreatifitas yang baik sesuai dengan tuntutan yang ada dalam liturgi Gereja.

Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan oleh para dirigen dan pengurus musik liturgi:

   Berlatih dan Bernyanyi sebaik mungkin

 

 

Ada  kecenderungan  munculnya  rasa  bosan  dalam  bernyanyi  dengan  alasan lagunya itu-itu saja. Hemat saya sesederhana apapun sebuah lagu, tetap mungkin mencari segi baru dalam lagu lama tersebut. Misalnya: dalam tempo dan dinamika, dalam segi artikulasi, frashering dan berbagai teknik vokal lainnya. Dinamika latihan seperti ini akan membuat satu lagu yang lama dinyanyikan secara baru dan baik sekali. Namun terkadang perlu ada rasa tanggungjawab dan rasa memiliki tugas sebagai anggota kor. Sehingga saat latihan kita disiplin dan memberi diri untuk dibimbing. Kadang kehadiran anggota kor menjadi minim sehingga tidak heran kalau nyanyian Liturgi yang dibawakan tidak maksimal. Peran dirigen dan pengurus music vokal dalam menganimasi anggota sangat dibutuhkan.

 

   Memperkenalkan lagu baru kepada umat

 

Untuk mencegah rasa bosan, paduan suara atau kor dapat memperkenalkan lagu liturgi yang baru kepada umat lain. Sangat dianjurkan tetap mempertahankan keaktifan umat dalam liturgi.


   Memanfaatkan selebaran misa

 

Dirigen atau petugas music liturgi dapat memakai suatu selebaran misa yang dicetak khusus  untuk  tiap  minggu.  Isinya  biasanya berupa doa-doa dan  bacaan  serta nomor nyanyian. Sebelum memilih lagu dirigen perlu memahami tema perayaan dan  membaca bacaan misa bersangkutan agar lagu yang dipilih sesuai dengan tema perayaan.

1.6 Kesimpulan

 

Musik Liturgi merupakan kekayaan Gereja yang harus dikembangkan secara baik dan benar oleh umat. Pemahaman tentang musik liturgi sangat dubutuhkan oleh setiap umat beriman terutama bagi para dirigen, para ketua music liturgi lingkungan,sehinggan mereka mampu menganimasi umat yang lain dalam mengembangkan nyanyian Liturgi. Tanpa pemahaman yang cukup nyanyian liturgi akan mengalami suatu kemerosotan dalam kegiatan liturgi. Dengan memilih lagu liturgi yang baik dan benar akan membantu umat semakin dekat dengan Tuhan melalui perayaan liturgi.

Mari kita bersama-sama sebagai agen pastoral mengembangkan khazanah music liturgi dalam Gereja kita.


_________________

Keterangan


1RP C.H. Suryanugraha. Lima Nyanyian Pengiring Ritus”. Dalam Majalah Liturgi, No.2 Agustus 2018. (Jakarta: Konferensi Waligreja Indonesia, 2018), hlm. 24.

2 Karl-Edmund Prier, SJ dan Paul Widyawan, Roda Musik Liturgi (Pusat Musik Liturgi: 2011), hlm. 21

3Konsili Vatikan II, SC No. 112, dalam Dokumen Konsili Vatikan II, R. Hardawiryana, (Penerj), op.cit.,

4 Musica  eccelsiastica  adalah  istilah  yang  digunakan  oleh  para  pengikut  Kristus  atau  Gereja  ketika persekutuan beriman ini menyadari kekhasannya dalam mengekspresikan iman Katolik lewat musik, terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran iman dalam Gereja. Bernard Boli Ujan, Katolisitas: Musik Liturgi”, (Online), (  http://www.katolisitas.org-musik-liturgi.html., diakses pada 22 Januari

2020)

5Musica religiosa adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani. Musik atau lagu rohani ini dimiliki umat manapun. Bahkan ada tema musik rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh

orang beriman dari berbagai agama. Musik rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan iman akan Kristus

Tuhan dan penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Ibid.

6Musica sacra dipakai Gereja Katolik dalam arti segala macam musik rohani atau musik Gereja yang digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis. Kini istilah yang lebih populer adalah musik liturgis. Ibid.

7Ernest Maryanto, Op.cit., hlm. 28.

8Konsili Vatikan II SC. No. 116, dalam Dokumen Konsili Vatikan II, R. Hardawiryana, (Penerj), op.cit.

9F. X. Sumantara Siswojo (ed), Seri Dokumen gerejawi No. 40, De Liturgia Romana Es Inkulturatione

(Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1995), hlm. 5.



Post a Comment

0 Comments