PELATIHAN SYERING KITAB SUCI BAGI PARA FRATER UNIT ST. AGUSTINUS
Pembekalan dan pemaknaan terhadap teks Kitab Suci sesungguhnya semakin menjadikan makna teks Kitab Suci menjadi lebih kaya. Bertempat di kamar makan Unit St. Agustius Ledalero, Kamis (22/09/2022) Pater Ito Dhogo, SVD selaku prefek Unit St. Agustinus memberikan pembekalan bagi frater untuk memaknai teks Kitab Suci secara lebih mendalam. Tujuannnya adalah menjadikan teks semakin lebih kaya.
Suasana Pelatihan Syering Kitab Suci |
Sebelum memulai kegiatan, Pater Ito mengajak para frater untuk membuka teks Injil Lukas.16:19-31. Teks tersebut mengisahkan tentang Orang kaya dan Lazarus yang Miskin. Pater Ito mengambil teks Injil Hari Minggu, 25 September
2022, dengan maksud dan tujuan agar para frater menyiapkan diri untuk syering bersama
umat di Paroki Ratu Renha Rosari Halehebing, Keuskupan Maumere nanti. Setelah
menyiapkan teks Kitab Suci, Pater Ito memulai kegiatan tersebut dengan doa bersama.
Setelah
berdoa Pater Ito mengajak para frater untuk membaca teks Kitab Suci secara
bergantian. Pater pun mengajak para
frater untuk membaca sekali lagi teks injil tersebut dalam hati.
“Untuk
kelompok pertama, ketiga dan kelima mendaftar dan memaknai teks injil dengan melihat dari perspektif tokoh (dalam bentuk orang, benda-benda dan lain sebagainya). Kelompok kedua dan keempat memaknai teks dari perspektif waktu, sedangkan kelompok keenam melihat isi teks dari perspektif tempat. Dan terakhir, kelompok ketujuh mendalami isi teks dari perspektif kata kerja,” pungkas dosen Kitab Suci pada Institut Filsafat Teknologi Kreatif Ledalero tersebut.
Dalam keadaan hening, para frater mencoba mendalami dan memaknai teks injil dari
kata-kata sederhana yang sudah Pater bagikan. Pater Ito, berkeliling dari
kelompok ke kelompok guna membantu para frater untuk lebih mendalami makna teks
injil dengan kata-kata yang sudah dibagikan.
Setelah berenung untuk memaknai teks injil tersebut, Pater Ito memberikan kesempatan
kepada para frater untuk mensyeringkan makna teks injil dari hasil refleksi
mereka. Pada
kelompok pertama yang diwakili oleh Frater Elton Yato, mereka merefleksikan
dari sisi orang kaya yang memakai kain ungu dan borok si Lazarus. Makna yang
mereka petik dari dua kata pilihan ini adalah tentang bagaimana situasi hidup,
di mana orang kaya selalu berbalutkan kemewahan tetapi tidak lagi memperhatikan orang
miskin atau orang sakit yang meminta bantuan seperti si Lazarus. Dan dari borok si Lazarus
mereka memetik makna bahwa hidup ini tidak terlepas dari situasi penderitaan,
sehingga kita perlu peka terhadap orang lain. Penderitaan orang lain adalah
penderitaan kita juga.“Kami
melihat bahwa melalui makna pakaian mewah si kaya dan sakit si lazarus, kita
disadarkan untuk lebih peka terhadap orang lain yang menderita, karena dua hal
ini tidak terlepas dari hidup kita”, kata Frater Elton Yato, putra asal Nagekeo.
Kelompok
kedua yang diwakili oleh Frater Van Wasa memaknai teks injil dari segi karma.
Mereka refleksikan bahwa ketika kita sudah berkecukupan, kita cenderung menganggap diri paling
hebat tanpa melihat orang lain sebagai bagian dari kita sendiri. Suatu saat
nanti kita akan merasakan hal yang sama.“Kami
mengangkat karma dalam arti bahwa si kaya ketika sudah berkelimpahan tidak lagi
memperhatikan orang lain yang menderita, tetapi asyik dengan diri sendiri
sehingga pada akhirnya mendapat balasan yakni mengalami hidup kekal di Neraka”
kata Frater Van Wasa Calon Frater TOP asal Paroki Wolotopo ini.
Kelompok
ketiga yang diwakili oleh Frater Yanto Lele, mereka merefleksikan tentang nyala
api. Mereka melihat bahwa nyala api itu lambang penderitaan. Ketika kita tidak berusaha membagikan kebaikan, maka kita akan mengalami situasi "nyala api" atau penderitaan. “Kami
merefleksikan bahwa situasi hidup kita ini penuh penderitaan. Dalam arti bahwa
ketika kita berusaha untuk hidup baik, melihat sesama sebagai bagian dari diri
kita, kita tidak akan mengalami hidup yang susah di dunia akhirat nanti.
Kebaikan itu bagian utama dari keseluruhan hidup kita,” kata Frater Yanto Lele,
putra asal Adonara ini.
Pater Ito sedang Memberikan Motivasi kepada Para Frater untuk selalu Membaca Kitab Suci |
Kelompok
keempat yang diwakili oleh Frater Manek, merefleksikan isi teks dengan melihat
tiga dimensi waktu yakni masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Mereka mengatakan bahwa kehidupan masa lalu adalah pelajaran untuk masa kini dan pengalaman masa kini dapat menjadi rujukan untuk masa yang akan datang. “Dalam konteks si kaya dan Lazarus, kehidupan kita selalu ada dalam tiga dimensi waktu
ini sehingga kita harus selalu melihatnya dengan penuh kesadaran dan selalu menanamkan hal-hal
baik,” demikian ungkap mantan ketua liturgi ini.
Kelompok
kelima yang diwakili oleh Frater Rian Ibe melihat makna dari tetesan air dari jari tangan yang diminta oleh si
kaya ketika mengalami hidup di Nereka. “Kami
merefleksikan bahwa si kaya dalam hidupnya selalu berkelimpahan, tetapi ketika
mengalami hidup di neraka ia meminta setetes air dari jari si Lazarus. Hal ini
menandakan bahwa kita perlu berbagi dalam sekecil apa
pun.
Kelompok
keenam yang diwakili oleh Frater Rio Ambasan, merefleksikan isi teks dari perspektif tempat. “Kami
merefleksikannya dari tempat si lazarus berbaring di dekat pintu. Pintu di sini
menjadi tanda bagi kami untuk selalu terbuka bagi sesama. Ketika ada orang yang
membutuhkan bantuan kita harus selalu berusaha untuk membuka pintu. Tetapi si kaya
ini, tidak sadar bahwa ada orang lain yang berbaring di tengah kemapanannya sehingga ketika mengalami hidup di
tempat penderitaan, neraka, ia melihat ada jurang pemisah.”
Dan
kelompok yang terakhir diwakili oleh Frater Epi Muda, merefleksikan isi teks dari perspektif kata kerja. “Kami
memilih kata kerja bersukaria dan menderita. Dalam konteks ini, kata kerja yang kami pilih tersebut melambangkan hidup kita. Bahwasannya, ketika kita melakukan kebaikan maka kita akan memperoleh
hidup sukacita di surga nanti. Maka dari itu, teruslah berbuat baik”, tutup Frater Epi Muda dengan wajah penuh haru.
Setelah
setiap kelompok menyeringkan hasil refleksi kelompok mereka, Pater Ito mengatakan
bahwa teks injil atau teks kitab suci menjadi lebih kaya apabila kita senantiasa menggalinya secara lebih dalam.
“Dengan melihat makna teks, teks injil atau Kitab Suci akan semakin menjadi kaya. Artinya bahwa, kita harus selalu melihatnya dari berbagai perspektif. Dalam syering Kitab Suci, kita memetik maknanya dari berbagai konteks dan aspek, untuk melihat makna kehidupan kita menjadi lebih kaya sembari menyerap hal-hal baik. Syering Kitab Suci itu kita mendalami teksnya bukan curhat tentang kehidupan kita tanpa melihat makna teksnya", kata Pater Ito pada akhir kegiatan.
Para Frater sedang mendalami Kitab Suci |
“Dengan melihat makna teks, teks injil atau Kitab Suci akan semakin menjadi kaya. Artinya bahwa, kita harus selalu melihatnya dari berbagai perspektif. Dalam syering Kitab Suci, kita memetik maknanya dari berbagai konteks dan aspek, untuk melihat makna kehidupan kita menjadi lebih kaya sembari menyerap hal-hal baik. Syering Kitab Suci itu kita mendalami teksnya bukan curhat tentang kehidupan kita tanpa melihat makna teksnya", kata Pater Ito pada akhir kegiatan.
Pater
juga mengajak para frater untuk selalu memaknai teks Kitab Suci agar menjadikan teks Kitab Suci semakin lebih kaya akan makna (Fr. Micky Moruk. Frater Tingkat II. Kini tinggal di Pav. Andreas).
0 Comments