Puisi|| Ando Sola
TENTANG 7 EKOR ANAK ANJING
Suatu sore saat senja lagi asyik-asyiknya menari mempesona
Penaku masih kaku dengan ilham-ilham kaku dan menyiksa
Banyak kawanku menamainya itu amanah hidup masa nanti
Ahh aku dan kawanku suka menanti mungkin juga rindu yang tak lekas sampai
Tapi aku dan kawanku tidak bisa lepas darinya, bagai iman tanpa doa adalah mati
Karena otakku masih kaku dan lelah bahkan hampir jatuh tergontah-gontah
Aku sempatkan diri duduk bersila di tangga dekat kamarku
Kamarku kecil, lagi khusyuk dengan tumpukan pakaian kotor dan serba-serbi cita dan asah
Dudukku saat ini tidak sendirian, ada kawan, banyak lagi
Mereka menari-nari dengan kakinya yang masih tampak merahnya
Mencibir-cibir dengan gigi-gigi kecil yang belum mampan melahap sendal sepatuku yang sudah dua minggu tak mandi, ya bau dan kusam
Mereka adalah anjing-anjing kecil dari rahim Pretty yang lupa dan sengaja tak mengenal lakinya
Aku mulai bermain-main dengan mereka
Mengutik ekornya sedikit manja sambil berkata “imut sekali yaa kamu”
Aku tidak tahu mereka paham atau tidak, tapi insting mereka memberikan jawaban yang kubutuhkan
Sekian menit aku menyiksa mereka dalam rasa iba dan sayang
Aku mulai bingung memanggil mereka satu persatu.
Andai mereka berhati nurani sepertiku, tentu induknya tak membiarkan mereka hidup tanpa nama
Aku cemas nasib mereka seperti tokoh laki-laki tanpa nama dalam cerpen karya Budi Darma
Begitu dekat, serumah tapi tak orang kenali namanya. Jangan sampai begitu yaa...
Kita begitu dekat, gonggongan manismu yang masih perawan selalu mengusik lelap malamku.
Maka aku memikirkan nama-nama yang elok dan manja, mudah diingat dan dicatat
Yaa sebaiknya dalam menit ini aku begini saja, lagian memberi nama pada mereka tidak salah kan?
---------------------------------------------
Biodata
Ando Sola. Pegiat Sastra di Komunitas Teater Aletheia dan pencinta kopi tawar tapi tak setawar kata-kata rindumu. Tinggal di Wisma Agustinus Wairpelit
0 Comments