Puisi|| Epi Muda
Aku masih Rindu
Suatu pagi langit masih buram
Suhu juga masih dingin.
Mata terus memaksa diri untuk menanak teduh
Aku masih mencintai mimpi
Sambil mendengkur keras.
Ayah menjajakan kaki menuju kamarku.
Kaki yang selalu menopang rindu.
“Nak, bangun dan siap diri
Sebentar lagi langit pagi berteduh dalam ingatanmu.”
Aku terbangun dengan sadar
Segera memakai celana
Karena aku tidur mengenakan celana dalam.
Dan suatu pagi.
Aku masih rindu.
Unit Agustinus, 2021
Malamku adalah tulisan sederhana.
Dua jam kutuliskan sajak-sajak penuh rahasia. Jari-jari tanganku letih di setiap detak jarum jam. Mataku terus berair. Tubuhku geram mengabarkan sakit dalam hati. Perihal kabarku terlalu dini untuk menghadirkan senyum paksa. Rasaku terus menusuk hingga tulang belakangku mengumpulkan rindu yang cekat. Angan-angan melantur hingga aku menemukan sehelai rambutku melekat di dinding kamar.
Malamku adalah tulisan sederhana. Seperti biasa coretan kecil tentang hujan yang selalu jual diri. Tulisan yang mengakui hujan adalah obat pengantar rindu. Kesedihanku merangkai kata dan jadikan tapak-tapak berisik hingga tanggal-tanggal penting larut dalam ingatan. Dunia lekas mengabulkan jejak petualang yang menghabiskan waktu hanya berdandan sedih. Musim kemarau melekat di jendela kamarku sisakan wajah perempuan candu cinta. Barangkali sudah waktunya aku pilih jubah putih yang kugantungkan di balik daun pintu atau mencintai lentik mata perempuan yang melekat di jendela kamarku? Selebihnya adalah tangan mengatup dada, bertelut hingga gugurkan air mata bersama nyala lilin.
Malamku adalah tulisan sederhana. Sepi amat sangat mengelabuhi. Aku duduk menghitung jumlah waktu yang cukup lama. Tiba di penghujung rasa, aku tertawa kecil melihat daun yang bergerak seturut arah angin.
Malamku adalah tulisan sederhana. Sudah menjadi catatan tersendiri, aku mencium ibu jariku. Rasanya lain dari hari-hari sebelumnya. Malamku menjadi ragu. Buku-buku tertawa sendiri dan taplak meja belajarku melulu menarik jarak.
Unit Agustinus, 2021
Malam sudah larut
Malam sudah larut
Pria itu terus duduk menghitung hamparan bintang di langit
sudah lama, bosan, dan makin gila
Sepi datang duduk di kupingnya dan menghapus debu yang cumbu dalam ingatannya
Seperti biasa kopi dan rokok sudah pamit tidur dahulu
dalam lambung dan paru-parunya
Malam sudah larut, dingin terus menghantui pikirannya
Istrinya teriak dari kamar tidur
“pulang, aku sudah padamkan lampu.”
Pria itu tertawa lepas tak sadar malam sudah larut
Daun-daun kering di taman bertebaran di sapu angin,
ada yang ke kiri, ke kanan, ke depan ke belakang, dan ke samping
Akhirnya satu daun kering tertambat di ujung rambutnya
Lalu dia membawanya ke kamar tidur istrinya
Besok pagi istrinya tersenyum mengambil daun kering di ujung rambutnya
Akhirnya pria itu kehabisan air mata
karena besok pagi adalah luka sedang mencintai lentik hatinya.
Unit Agustinus, 2021
Makan Malam Di Kantin
Malam sudah putuskan hubungan dengan ratu senja
Pria perkasa itu sedang tidur berduaan dengan bantal peluk
Istrinya sedang berdusta di depan cermin
Dadanya membusung padat isinya
Seperti biasa dia ingin mata pacarnya tidak melihat wanita lain
ketika makan malam nanti di kantin
Pria itu terus memeluk bantal peluk rasanya sedang bermesraan dengan pacarnya
Mereka masih pacaran
“Sayang, kita berangkat yuk ke kantin,
kita makan malam di sana sambil
memecahkan rindu di setiap detak jarum jam.”
Makan malam di kantin
Pria itu membungkus senyum melihat dada istrinya yang padat isinya
Ragu, malu, dan senang
Tapi istrinya duduk diam tanpa beban, cuek, dan malas tahu
“ Ini makanannya, makan supaya matamu tenang, sayup dan lugu.”
Ruang kantin berdusta lagi di mata pria itu
Istrinya sedang bermesraan sambil menunggu jatah makan kedua
“Barangkali lebih baik kita makan bersama.”
Makan malam di kantin
Istrinya duduk diam menikmati makanan ala kadarnya
Suaminya duduk colek debu di bola mata istrinya sambil bercinta mesra
Makan malam di kantin
Ada rasa, ada rindu, ada cinta dan ada mimpi
Makan malam di kantin
Saling jaga, saling percaya dan saling lepas tawa
Unit Agustinus, 2021
-------------------------------------------------------
Biodata
Epi Muda adalah mahasiswa STFK Ledalero Tingkat 2 yang kini pandai merawat ingatan dan rindu-rindunya di wisma SVD St. Agustinus Wairpelit
0 Comments